Para siswi di Kashmir yang berunjuk rasa di sebuah sekolah di Srinagar, India/Net
Para siswi di Kashmir yang berunjuk rasa di sebuah sekolah di Srinagar, India/Net
KOMENTAR

SEJUMLAH siswa di Kashmir, Kamis (8/6) lalu, berunjuk rasa di luar Sekolah Menengah Wanita Vishwa Bharti di Srinagar. Mereka memprotes kebijakan pihak sekolah yang melarang menggunakan abaya.

Abaya adalah jubah panjang dan longgar yang dikenakan di atas pakaian perempuan muslim yang menutupi seluruh tubuh, kecuali kepala, tangan, dan kaki.

Protes disampaikan oleh para siswi kelas 11 dan 12. Mereka mengatakan sangat tidak nyaman mengenakan abaya, terutama setelah Pendidikan Bersama dimulai di sekolah.

“Kemarin, kami diberitahukan bahwa mereka tidak mengizinkan masuk sekolah memakai abaya. Mereka memberi tahu, bahwa pakaian kami tidak benar karena akan memengaruhi siswa lain. Katanya, kami harus ke madrasah jika ingin memakai kebaya,” kata seorang siswi yang memprotes, mengutip Hindustan Time, Rabu (14/6).

Masih menurut para siswi tersebut, sekolah telah melakukan diskriminasi kepada siswa yang mengenakan abaya selama beberapa terakhir ini dengan tidak mengizinkan untuk melakukan tugas sekolah dan kegiatan lainnya.

“Kepala sekolah kami mengatakan, bahwa kami harus melanjutkan dan melepas abaya. Bagaimana abaya menjadi penghalang bagi Pendidikan? Kami adalah toppers sekolah dan hanya ingin belajar dengan tenang,” katanya.

Menurut mereka, perundingan dengan kepala sekolah sudah dilakukan, tetapi tidak berhasil. “Kami tidak nyaman di antara anak laki-laki tanpa abaya. Tetapi mereka mengatakan kepada kami, bahwa harus pergi ke madrasah jika kami tidak ingin melepas abaya,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Sekolah Nimroz Shafi menjelaskan, sebenarnya ia meminta siswa datang dengan hijab putih sebagai seragam. Tapi, para siswi tersebut justru datang dengan berbagai warna dan desain.

Namun, Nimroz kemudian merilis permintaan maaf atas luka yang ditimbulkan.

“Bahwa sudah tayang di media social, mahasiswi diarahkan untuk tidak memakai abaya yang sama sekali tidak berdasar dan disalahartikan. Manajemen sekolah selalu menghotmati sentiment dari semua laporan masyarakat vis a vis dress code. Dijelaskan bahwa tidak ada larangan dari kepala sekolah atau manajemen untuk mengenakan abaya, tetapi disampaikan dengan sopan kepada siswa,” urai Nimroz dalam pernyataan yang ditandatangani.

“Untuk informasi kepada semua siswa bahwa mereka dapat mengenakan abaya dan tidak ada batasan seperti itu yang diberlakukan di ruang kelas. Percakapan hari ini dengan siswa dan orang tua telah disalahartikan dan dalam hal apapun jika itu telah melukai perasaan, saya minta maaf tanpa syarat untuk hal yang sama,” tutupnya.




Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Sebelumnya

Miliki Lebih dari 68 Dapur Umum, World Central Kitchen Kembali Beroperasi di Gaza PascaSerangan Israel yang Membunuh 7 Pekerja

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News