BAYANGKAN seorang anak SD yang sibuk melilit kabel telepon bekas menjadi cincin lalu menjualnya ke teman-teman. Siapa sangka, anak itu kelak tumbuh menjadi pendiri e-commerce fesyen muslim terbesar di Indonesia. Dialah Diajeng Lestari.
Lahir pada 17 Januari 1986, Diajeng tumbuh dengan pengalaman kecil yang membentuk jiwanya: berdagang. Bukan semata untuk main-main, tapi juga cara untuk bertahan. Saat krisis melanda keluarganya di tahun 2004, Diajeng ikut membantu ekonomi rumah tangga dengan berjualan kue dan hijab. Dari sana, ia belajar arti tangguh sejak usia muda.
Menariknya, Diajeng bukan lulusan bisnis atau desain mode. Ia menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, jurusan Ilmu Politik. Namun, rasa ingin tahunya yang besar membuatnya gemar menantang diri dengan mengambil mata kuliah lintas fakultas, termasuk manajemen ekonomi. Tanpa disadari, rasa ingin tahu itu semacam "kode alam" menuju masa depannya.
Setelah lulus, Diajeng sempat bekerja di lembaga internasional dan perusahaan riset. Kariernya aman, gajinya stabil. Tapi di dalam hati, ada keresahan: mengapa sulit sekali mencari busana muslim yang modis, rapi, dan tetap nyaman dipakai sehari-hari? Dari keresahan itulah muncul ide yang mengubah hidupnya.
Tahun 2011, Diajeng memutuskan melangkah. Ia meninggalkan kursi empuk karyawan dan membangun Hijup.com—sebuah "mall online" untuk fesyen muslim. Awalnya, hampir semua peran ia jalani sendiri: direktur, manajer, bahkan office girl. Sementara urusan teknis IT dibantu oleh sang suami, Achmad Zaky, yang kala itu juga membangun Bukalapak.
Tentu saja tidak semua orang percaya. Ada yang meremehkan, tapi Diajeng memilih tetap teguh. Ia yakin bahwa kebutuhan akan busana muslim modern bukan hanya miliknya, melainkan kebutuhan banyak perempuan. Perlahan, Hijup berkembang. Kini, platform ini menjadi pionir marketplace fesyen muslim Indonesia yang dikenal dunia.
Bagi generasi Millennial dan Gen Z, terutama para perempuan, perjalanan Diajeng adalah pesan kuat: jangan takut keluar dari zona nyaman. Mulailah dari hal kecil, percaya pada ide yang kamu miliki, dan terus berjuang meski diremehkan. Karena siapa tahu, justru dari sana lahir karya yang berdampak besar bagi banyak orang.
KOMENTAR ANDA