KOMENTAR

PENYESALAN itu menampakkan wujud menyeramkan selalu belakangan, saat sang waktu tidak mungkin lagi dilipat ke belakang. Sebagaimana perempuan itu meratapi kelemahan hatinya yang terpedaya mulut manis dari suami orang. Malangnya, ia sampai terlanjur mengorbankan rumah tangga yang adem ayem, hanya demi berpaling kepada lelaki lain.

Janji itu hanya manis saat diucapkan, dan kini setelah madu dirinya hanya menyisakan ampas, giliran perempuan tersebut yang dicampakkan. Dulu dirinya yang berselingkuh, kini lelaki selingkuhannya itu yang balik menyelingkuhi dirinya. Ibarat melempar bola ke dinding, yang terjadi bola itu malah memantul balik menghantam sang pelempar.

Awal mulanya memang janji-janji manis, yang datang bertepatan ketika dirinya merasakan kehampaan dalam pernikahan yang hampir 10 tahun berjalan. Sebetulnya rumah tangga relatif aman-aman saja, tetapi romantika cinta sudah memudar seiring datangnya gelombang kebosanan.

Segala yang manis pun dihidangkan oleh lelaki tersebut, yang notabene suami orang lain. Mahal sekali harga perselingkuhan itu sebab dua rumah tangga langsung bubar. Pengorbanan yang teramat besar itu tidak sebanding dengan janji-janji manis yang tidak pernah terealisasi. Dalam tempo sekejap mata, janji-janji manis itu berubah sepahit empedu.

Perselingkuhan tidak pernah berhenti membuat heboh. Meski korbannya terus berguguran, kabar perselingkuhan terus terkembang seperti lautan yang tidak bertepi. Banyak sebab yang membuat perempuan berselingkuh, di antaranya terpedaya janji manis suami orang lain.

Nauzubillahi min zalik.

Malik al-Mughis pada bukunya Baiti Jannati Keluarga yang Diberkahi Allah (2020: 153) menerangkan:

Cobaan berat yang juga sering mendatangi rumah tangga adalah perselingkuhan yang dilakukan oleh suami atau istri. Setelah pernikahan berjalan beberapa lama, wajar bila kemudian muncul rasa bosan.

Baik suami ataupun istri kemudian merindukan perasaan berdebar-debar karena merasa dicintai, ingin dirayu dan disayang dengan kata-kata romantis, yang kebanyakan telah hilang dari pasangan yang sudah menikah lebih dari 5 tahun.

Jika tidak memiliki iman yang kuat, baik suami atau istri kemudian mencari cinta dari laki-laki lain atau perempuan lain. Inilah bencana terbesar dalam sebuah pernikahan dan menjadi penyebab utama terjadinya perceraian.

Hampir semua rumah tangga pernah mengalami godaan orang lain. Tinggallah kuat atau tidaknya pondasi ikatan pernikahan dan juga keimanan untuk mempertahankan janji suci yang telah diikrarkan saat akad nikah dulu.

Rasa bosan memanglah musuh berat manusia. Terlebih bila gelombang kebosanan itu menghantam rumah tangga, suami istri bisa terbelah hati. Bosan menjalani hidup yang begitu-begitu saja memang sangatlah menguras energi batin, tapi bukan berarti solusinya bermain api dengan mencicipi aroma perselingkuhan.

Guna mengusir kebosanan, suami istri dapat berkreasi guna menciptakan romantisme pernikahan, dengan mencoba hal-hal baru yang juga memberikan nuansa segar yang mampu mempererat ikatan cinta.

Lebih dari itu, tidaklah cukup mengandalkan romantisme pernikahan atau menciptakan nuansa-nuansa baru rumah tangga. Karena yang paling berpengaruh justru komitmen dalam memegang teguh niat utama pernikahan. Cinta yang berlandaskan keimanan lebih kokoh daripada janji-janji manis yang dirangkai oleh manisnya lisan.

Malik al-Mughis (2020: 155) mengungkapkan:

Perselingkuhan bisa saja dilakukan oleh pihak suami istri. Tidak hanya dibatasi dengan perselingkuhan berupa hubungan badan, tetapi juga bisa dilakukan dengan hati atau ucapan. Bertukar pesan mesra dengan lawan jenis yang bukan mahram, atau berpegangan tangan, atau bahkan sekadar janjian bertemu menghabiskan waktu bersama. 

Jangan terlalu jauh melihat ujung perselingkuhan itu adalah hubungan badan dengan orang yang bukan pasangan sah. Karena selingkuh itu juga berhubungan dengan zina mata, zina lisan, zina hati, yang sudah tergolong perbuatan tercela yang ujung-ujungnya penyesalan.

Tidak tiba-tiba saja seorang perempuan terbuai oleh janji manis lelaki lain. Terlebih dahulu sudah terjadi proses membuka hati untuk yang bukan suami, lalu membuka diri untuk dibuai mulut manis lelaki petualang asmara.

Terpedaya oleh janji manis suami orang memang sangat buruk efeknya, yang dikorbankan adalah sakinahnya rumah tangga, yang diancam dosa dalam agama, yang ujungnya penyesalan tiada guna.

Biduk rumah tangga tidak akan selamanya mulus, karena yang dihadapi adalah kenyataan hidup. Perjalanan pernikahan jauh berbeda dengan janji suami orang, yang manis di mulut tapi petaka dalam kenyataan. Oleh sebab itu, berhati-hatilah! Segala mulut manis acapkali berujung kepahitan.            




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur