KABAR membanggakan bagi para perempuan inspiratif di Aceh. Heni Ekawati baru saja meraih penghargaan Tokoh Perempuan Inspiratif dalam ajang The Aceh Post Awards 2025.
Dalam acara yang berlangsung meriah, Heni tampil anggun memakai busana tradisional bernuansa etnik yang khas Aceh. Sambil tersenyum, ia menerima penghargaan yang menjadi bukti apresiasi atas perjuangannya menginspirasi banyak orang, terutama kaum perempuan di Aceh.
Dari data yang dihimpun Farah.id, Heni adalah pendiri sekaligus Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) YAPDI di Banda Aceh. Sekolah ini berdiri tahun 2024. Walau baru setahun berjalan, sekolah ini sudah banyak mengalami kemajuan berkat kerja keras dan kepemimpinan Heni.
Bukan cuma mengurus sekolah, Heni juga aktif di tingkat nasional. Ia ikut menyusun Mushaf Al-Qur’an Isyarat untuk teman-teman tuli, bekerja sama dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Kementerian Agama RI. Tujuan dari mushaf ini adalah supaya penyandang disabilitas rungu di seluruh Indonesia bisa lebih mudah memahami dan membaca Al-Qur’an.
Heni sudah lama berkarya di dunia pendidikan. Tahun 2016, ia berhasil membuat Aceh bangga karena meraih juara 4 sebagai Pemapar Terbaik Nasional Kepala Sekolah dalam ajang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Setahun kemudian, ia kembali berprestasi dengan meraih peringkat 3 Kepala Sekolah Berprestasi tingkat nasional.
Tidak berhenti di situ, pada 2021 Heni terpilih mewakili Indonesia dalam Leadership Program atau program kepemimpinan sekolah yang diadakan secara online bersama Filipina. Pengalaman ini membuat Heni punya wawasan lebih luas, terutama dalam mengelola Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Saya tidak pernah membayangkan akan berdiri di sini menerima penghargaan ini. Yang saya lakukan hanyalah bekerja dengan hati untuk anak-anak istimewa. Terima kasih atas apresiasi ini,” kata Heni usai menerima penghargaan, suaranya nyaris bergetar menahan haru.
The Aceh Post Awards 2025 mengusung tema Memberi Cahaya untuk Negeri, selaras dengan perjalanan Heni yang selama ini bekerja tanpa banyak sorotan. Ia membuktikan bahwa perjuangan yang dilakukan dalam diam dan mendampingi anak-anak disabilitas adalah pekerjaan mulia yang pantas mendapatkan penghargaan.
Bagi Heni, penghargaan ini bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk semua guru, orang tua, dan relawan yang setiap hari berjuang bersama anak-anak berkebutuhan khusus.
“Ini adalah kerja bersama. Saya hanya salah satu dari banyak orang yang ingin melihat mereka tumbuh, belajar, dan percaya diri,” ungkap Heni.
Dengan pencapaian ini, Heni berharap semakin banyak orang yang peduli dan terlibat dalam pendidikan inklusif, agar anak-anak disabilitas di Aceh dan seluruh Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.
KOMENTAR ANDA