KOMENTAR

Setelah mendapatkan informasi keberadaan Rasulullah, maka Umar bin Khattab bergegas menuju Darul Arqam di Shafa.

Hamzah yang notabene seorang singa padang pasir saja terkejut dengan kedatangan Umar bin Khattab, apalagi para sahabat-sahabat lain yang berada di rumah Arqam. Bukan sekadar persoalan ketika itu Umar membawa sebilah pedang, karena toh Hamzah juga jago dalam adu senjata.

Sejauh ini Umar telah menunjukkan kebencian terhadap Nabi Muhammad yang dianggapnya telah memecah-belah bangsa Arab, yang membuat anak melawan ayahnya, istri mengingkari suaminya, budak membangkang majikannya.

Kisah keberingasan Umar juga membuat jeri, yang pernah menyiksa habis-habisan seorang budak perempuan. Dia berhenti bukan karena kasihan melihat korbannya babak belur, melainkan hanya kecapekan belaka. Kejadian itu membuat nama Umar bagaikan horor bagi penganut Islam yang hanya segelintir. Mereka khawatir kedatangan Umar membahayakan nyawa Rasulullah.

Akan tetapi Nabi Muhammad tetap bersikap tenang dan memilih langsung berhadapan dengan sang jagoan.

Mustafa Murrad pada bukunya Kisah Hidup Umar ibn Khattab (2009: 23-24) menceritakan:
Umar mengetuk pintu. Hamzah bangkit melihat dari celah pintu. Umar berdiri dengan menjinjing pedang. Hamzah kembali menuju Rasulullah dalam keadaan terkejut.

“Wahai Rasulullah, Umar ibn Khattab datang sambil menggenggam pedang,” kata Hamzah.

Rasulullah berkata, “Izinkan dia masuk. Bila bermaksud baik, kita akan menyambutnya. Bila bermaksud buruk, kita akan memenggalnya dengan pedangnya sendiri.”

Hamzah membukakan pintu dan mempersilahkan Umar masuk. Rasulullah bangkit mendekati Umar.

“Ada apa, putra Khattab?” tanya Rasulullah.

“Demi Allah, aku tidak akan melihat kau menghentikan ulahmu hingga Allah menurunkan petaka kepadamu,” lanjut Rasul.

“Wahai Muhammad, aku datang untuk beriman kepada Allah, juga kepada Rasul-Nya, dan kepada ajaran yang ia bawa dari-Nya,” jawab Umar.

Rasulullah langsung bertakbir dan diikuti para sahabat. Takbir menggetarkan rumah Arqam. Peristiwa itu terjadi tiga hari setelah Hamzah masuk Islam, pada suatu hari di bulan Dzulhijjah tahun ke-6 kenabian. Umar tercatat sebagai orang yang ke-40 memeluk Islam.  

Rasulullah menyadari Umar memiliki hati yang bersih, hanya saja dirinya diracuni oleh fanatisme yang berlebihan terhadap sukunya, yang memandang kestabilan penduduk Mekah lebih diutamakan dari apapun. Padahal kestabilan yang terjadi berwujud penindasan terhadap yang lemah, pelanggaran hak-hak asasi manusia, bahkan kedurhakaan tehadap Tuhan.

Nah, kelebihan Umar itulah yang mestinya diluruskan kepada jalan yang benar. Sebab apa yang dihasutkan oleh musyrikin Quraisy itu tidaklah benar, dan sejatinya Nabi Muhammad saw. membawa agama yang membebaskan umat manusia dari ketertindasan dan kejahiliahan.

Sesudah dirinya membaca ayat-ayat Al-Qur’an barulah amarah dirinya mereda, Umar menyadari justru musyrikin Quraisy-lah yang sesat. Dan sebenarnya agama yang didakwahkan  oleh Rasulullah merupakan kebenaran dari Tuhan.

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi pada buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah (2003: 10) menerangkan:

Keislaman Umar merupakan bukti dari kecintaan Allah Swt. dan pemuliaan-Nya terhadap Umar di mana Allah mengabulkan doa Rasul-Nya, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah satu dari kedua orang yang paling Engkau cintai, dengan Abu Jahal atau Umar bin Al-Khattab.” (HR. At-Tirmidzi)

Memang benar, doa Rasulullah yang membuka pintu hidayah bagi keislaman Umar bin Khattab. Namun, jangan lupa ada peran besar seorang adik perempuan yang kukuh menjaga keimanannya, sehingga berbuah manis bagi keislaman kakaknya.

Tentunya Nabi Muhammad amat membanggakan Fatimah binti Al-Khattab, yang membuktikan kiprah perempuan dalam dakwah memang menakjubkan.

 

 




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Sirah Nabawiyah