Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SESUATU yang luar biasa berat telah menimpa dirinya, di mana malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu berupa ayat-ayat suci. Ini jelas pengalaman baru yang sama sekali belum dipahaminya. Sehingga Nabi Muhammad bergegas meninggalkan Gua Hira. Beliau melangkah dengan tubuh gemetar.

Namun, Rasulullah terkejut mendengar suara yang memanggil namanya. Panggilan itu menggetarkan bulu kuduknya, karena begitu dipandang langit terlihat malaikat Jibril memperlihatkan rupanya yang asli.  Rentetan kejadian yang mengejutkan membuat beliau bersegera pulang ke rumah.

Tiba-tiba saja suaminya pulang dari Gua Hira dengan terengah-engah ketakutan. Rasulullah berseru, “Selimuti aku! Selimuti aku! Selimuti aku!”

Tanpa banyak tanya Khadijah langsung menyelimuti Rasulullah, karena dengan mengabulkan permintaan itu maka dia paham suaminya akan lekas tenang.

Itu bukan perkara selembar kain yang disebut selimut, melainkan suatu gambaran tentang perhatian dan cinta kasih. Dan itulah hakikat dari yang dipinta Nabi Muhammad di saat hatinya sangat terguncang.

Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam buku Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Nabawiyah (2016: 82) menceritakan:

Beliau mencari Khadijah binti Khuwailid dan berkata, “Selimuti aku! Selimuti aku!”

Khadijah menyelimutinya sampai reda rasa takutnya. Lalu Nabi Muhammad bertanya tidak mengerti,

“Apa yang terjadi padaku?”

Beliau menceritakan semuanya kepada istri tercinta.

“Aku betul-betul khawatir akan keselamatan diriku,” ujar beliau menutup cerita.

Khadijah menenangkannya, “Sekali-kali tidak. Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya.

Engkau orang yang suka menyambung silaturahim, memikul beban orang yang susah, memberi piutang kepada yang papa, memuliakan tamu, dan membela kebenaran.”

Begitulah cepat tanggapnya Khadijah menunaikan tugas sebagai istri sejati, yang mengembangkan sayap kasihnya demi ketenangan suami tercinta. Dari tanda-tanda kenabian yang telah diketahui, Khadijah dapat memahami kegalauan suami dan memberikan respons yang hangat.

Bayangkan bagaimana remuknya hati suami tatkala ditimpa kejadian menegangkan, giliran cerita kepada istrinya malah dapat ucapan pedas, “Kasihan deh loe!”

Kejadian yang dialami Nabi Muhammad memang teramat dahsyat, perempuan biasa bisa gentar atau malah bisa ikut ketakutan apabila suami mereka mengalami hal yang demikian. Lain halnya dengan Khadijah yang memberikan ketenangan. Bukan sekadar mengeluarkan perkataan menghibur, perempuan pintar ini malah menyertakan dengan bukti-bukti kebenaran bahwa suaminya mustahil mendapatkan gangguan buruk.

Khadijah mengungkapkan suaminya seorang yang menjaga silaturahmi, membantu orang kesusahan, menolong mereka yang miskin, memuliakan tamu, dan membela yang benar. Di atas semua karakter mulia yang dimilikinya, maka Khadijah yakin apa yang terjadi pada suaminya bukanlah sesuatu yang patut dicemaskan.

Sanjungan Khadijah atas berbagai kelebihan suaminya menjadikan Rasulullah percaya diri menghadapi hal demikian besar yang menimpa dirinya. Dengan untaian kalimat positifnya, Khadijah mampu mengembalikan mental baja suaminya agar tegar menghadapi apapun yang terjadi.

Berkat kecemerlangan pemikirannya pula Khadijah berinisiatif mencari informasi dari pihak yang berkompeten, maka diajaklah suaminya bertemu dengan seorang ahli kitab, yang menguasai agama-agama tauhid terdahulu, yang mempelajari kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya.

Bassam Muhammad Hamami dalam buku Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam (2017: 36) mengisahkan:

Hati Nabi Muhammad menjadi tenang setelah mendengar ucapan Khadijah tersebut. Beliau kembali menjadi tenang mendengar keyakinan dan keimanan Khadijah terhadap apa yang ia bawa. Sejenak Nabi Muhammad beristirahat dan tenggelam dalam tidur yang damai dan tenang.

Khadijah menyelimutinya dengan hati yang penuh cinta dan keyakinan. Selanjutnya, Khadijah bangkit dan dengan hati-hati, ia beranjak pergi menuju pintu rumah lalu bergegas menyusuri jalanan yang sepi. Ia melangkah dengan cepat menuju kediaman saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal, lalu ia ceritakan sesuatu yang telah dialami Nabi Muhammad, suaminya.

Waraqah tidak memberikan jawaban selain dengan lantang berkata, “Quddus! Quddus! Demi Tuhan yang jiwa Waraqah ada di tangan-Nya, jika engkau percaya kepadaku wahai Khadijah, Nabi Muhammad telah didatangi oleh malaikat Jibril yang juga pernah mendatangi Musa dan Isa. Sungguh Muhammad adalah nabi umat ini. Karena itu, katakanlah kepadanya, ‘Teguhkanlah dirimu!”

Khadijah segera bergegas pulang menemui suaminya tercinta untuk menyampaikan berita gembira itu.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Sirah Nabawiyah