Betapa agungnya pribadi Khadijah dan betapa banyak kearifan hidup yang perlu dipetik darinya. Semua kembali lagi kepada diri kita masing-masing dalam mencerna saripati kehidupan Khadijah/ Net
Betapa agungnya pribadi Khadijah dan betapa banyak kearifan hidup yang perlu dipetik darinya. Semua kembali lagi kepada diri kita masing-masing dalam mencerna saripati kehidupan Khadijah/ Net
KOMENTAR

MUNCULNYA nama Khadijah yang bagaikan mercusuar dalam peradaban Islam hendaknya dilihat secara lebih bijaksana. Bagaimana bisa beliau mampu bertakhta indah di hati Nabi Muhammad, bahkan kematian pun tak kuasa menghapus jejak cintanya? Bagaimana pula Tuhan meninggikan martabat Khadijah, di bumi maupun di langit-Nya?

Bagaimana pula Khadijah mengoptimalkan segala potensi dirinya agar tampil dalam sejarah emas dunia? Maklum, beliau hidup di masa unta lebih dihargai daripada wanita, belum lagi aksi brutal mengubur bayi-bayi perempuan hidup-hidup oleh ayah mereka sendiri.

Namun, Tuhan yang telah memilih Khadijah sebagai pendamping Rasulullah, yang setia sampai akhirnya. Mau tahu peran Khadijah? Ingin memahami urgensi kehadiran Khadijah?

Berikut ini kutipan dari Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri dalam buku Sirah Nabawiyah lbnu Hisyam Jilid 1 (2020: 203) menerangkan, Ibnu lshaq berkata, “Khadijah binti Khuwailid beriman kepada Rasulullah saw., membenarkan apa yang beliau bawa dari Allah, dan mendukungnya dalam menjalankan perintah Allah. Khadijah adalah orang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta membenarkan apa yang beliau bawa dari Allah. Dengan masuk Islamnya Khadijah, Allah Ta'ala meringankan beban Rasulullah. Jika beliau mendengar perkataan yang tidak beliau sukai, melainkan Alalh menghilangkan kesedihan beliau melalui Khadijah ketika beliau pulang kepadanya. Khadijah menyemangati beliau, meringankan beban beliau, membenarkan beliau, dan memandang remeh tanggapan manusia terhadap beliau.”

Apabila para istri meneladani Khadijah, bahkan kematian pun tidak akan dapat meluruhkan cinta sejati suami. Karena istri sekaliber Khadijah hadir dalam perjuangan, suka duka dilalui bersama, dan meringankan beban berat suaminya. Dan yang menakjubkan, perjuangan itu setia di jalan kebenaran, yang membuat setiap pengorbanan Khadijah menuai pahala.

Makanya, Khadijah mendapatkan salam istimewa dari Ilahi. Karena perempuan yang penuh dedikasi memang pantas memperoleh ganjaran yang mulia.

Abdurrahman Umairah dalam buku Wanita-Wanita dalam Al-Qur'an (2020, hal. 22) menyebutkan, Ibnu Hisyam berkata, bahwa Jibril mendatangi Nabi dan berkata, “Sampaikan salam untuk Khadijah dari Tuhannya.”

Rasulullah bersabda, ”Wahai Khadijah, ini adalah Jibril menyampaikan salam untukmu dari Tuhanmu.”

Khadijah menjawab, “Allah adalah Maha Pemberi kedamaian, dari-Nya kedamaian itu berasal dan semoga juga kedamaian diberikan kepada Jibril.”

Setiap salam adalah penghormatan, dan menjadi teramat tinggi kehormatan Khadijah mengingat salam tersebut berasal dari Allah dan disampaikan oleh makhluk langit, malaikat Jibril. Apabila makhluk langit sangat memuliakan Khadijah, apalagi makhluk-makhluk di bumi macam kita-kita ini.

Sekiranya para muslimah mampu meneladani Khadijah, maka ganjaran surga akan diraihnya. Bahkan Khadijah memperoleh surga yang spesial.

Ibrahim Muhammad Hasan Al-Jamal pada buku Khadijah: Perempuan Teladan Sepanjang Masa (2020: 18) mengungkapkan, diriwayatkan Nabi saw. bersabda, “Aku telah diperintahkan untuk memberikan kabar gembira kepada Khadijah berupa sebuah rumah yang terbuat dari mutiara. Di dalamnya tak akan ada kegaduhan dan tak pula ada keletihan.”

Begitulah hebatnya rumah Khadijah di surga, terbuat dari mutiara nan cemerlang. Bukan hanya kemegahan, rumah mutiara itu memberikan kenyamanan, sebab dijamin tidak gaduh dan penghuninya tidak akan kelelahan.

Sudah teramat banyak buku terbit yang membahas tentang Khadijah, dan akan terus lahir karya-karya dengan tema serupa. Itu cukup sebagai gambaran betapa agungnya pribadi Khadijah dan betapa banyak kearifan hidup yang perlu dipetik darinya. Akhirnya kembali lagi kepada diri kita masing-masing dalam mencerna saripati kehidupan Khadijah.

Dari itu, marilah para muslimah cemburu kepada Khadijah!

Lho kok begitu? Bukan, tentu maksudnya bukan cemburu yang berkonotasi buruk. Kita boleh kok cemburu dalam bingkai positif terhadap kualitas pribadi Khadijah.

Lagi pula Aisyah pun pernah dilanda cemburu, karena Nabi Muhammad tidak dapat melupakan Khadijah. Lama setelah Khadijah meninggal dunia, tetapi perempuan agung itu masih saja terkenang-kenang.

Abd al-Rahman 'Umayrah dalam buku Tokoh-Tokoh yang Diabadikan Al-Quran (2000: 241) menerangkan, Nabi saw. membangun rumah tangga dengan Aisyah setelah Khadijah meninggal dunia.

Meskipun begitu, Aisyah tetap cemburu terhadap Khadijah dengan suatu tingkat yang tidak menandingi kecemburuannya kepada madu-madu Aisyah yang lain, sebab Khadijah tetap mengisi kalbu Nabi walaupun dia telah meninggal. Beliau senantiasa mengenangnya.

Apanya yang membuat kita perlu cemburu kepada Khadijah?

Abdurrahman Al-Asymawi dalam buku Aisyah (Wanita Cerdas Yang Dicintai Rasulullah) (2019: 64) menyebutkan, Aisyah cemburu pada Khadijah, karena ia memiliki arti yang sangat penting bagi Rasul hingga setelah meninggalnya. Tetapi hal ini dalam konteks pengetahuan. Tidak lebih merupakan wujud tanggung jawab dan kejujuran.      

Para muslimah perlu jujur mengakui kualitas pribadi Khadijah, bukankah penghuni langit memuja dirinya. Cemburu ini hendaknya mendorong diri kita meningkatkan kapasitas diri, memperluas ilmu pengetahuan, menajamkan kreatifitas dan mempersembahkan pengabdian terhadap Tuhan.

Nah, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan nilai-nilai kebajikan yang diwariskan Khadijah untuk peradaban Islam.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur