KOMENTAR

SETIAP detak kehidupan Rasulullah senantiasa menarik untuk dikaji, mengingat semua itu memiliki ibrah, yang menjadi pelajaran hidup berharga bagi umat manusia. Oleh karenanya pula, hingga akhir masa, tidak akan pernah sepi kajian sirah nabawiyah.

Namun, akan teramat disayangkan apabila epik dari akhir hayat Nabi Muhammad ada yang terlewatkan, terlebih ketika yang luput itu justru merupakan kunci penting bagi keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Lalu, apakah yang sering terlewatkan itu?

Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Wafa (2018: 650) menyebutkan, diriwayatkan dari Abu Al-Huwairits bahwa Rasulullah setiap kali mengeluhkan rasa sakitnya, beliau selalu memohon kepada Allah untuk kesembuhannya. Tetapi ketika beliau sakit keras menjelang wafatnya, beliau tidak berdoa untuk kesembuhannya, melainkan berkata, “Wahai jiwaku, kamu tidak mampu merasakan lagi segala kelezatan (dunia)!” (HR. Baihaqi.)

Apapun ucapan orang yang tengah menghadapi sakaratul maut akan selalu menggugah hati, terlebih lagi apabila kata-kata itu keluar langsung dari lisan suci Nabi Muhammad. Bagi para pencari hakikat kehidupan, kalimat singkat di atas mengandung makna yang teramat menggetarkan jiwa.

Mencela jiwa yang takut kematian, itulah yang dimaksud dari perkataan Nabi Muhammad. Betapa kelezatan dunia begitu melenakan, dan menjerumuskan kepada jurang ketakutan pada kematian.

Padahal, adakah orang yang dapat menolak ajalnya?

Hal-hal lezat banyak terhampar di dunia ini, bukan hanya makanan atau pun minuman, tetapi juga berbagai kenikmatan dunia lainnya yang teramat menggoda. Itulah hal-hal lezat yang dapat melenakan, yang mampu membuat jiwa merasa takut kehilangannya.

Padahal tidak semua yang lezat-lezat itu baik lho! Kue-kue memang lezat untuk untuk disantap, akan tetapi ada masanya kita harus meninggalkannya, terutama ketika berbagai penyakit telah bersarang di tubuh.  

Ah dunia!

Begitu banyak kemilau yang memukau mata! Begitu banyak godaan yang melenakan jiwa!  

Dan akhirnya kita pun tidak dapat menolak, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Siapapun itu!

Cinta dunia dan takut mati digolongkan sebagai penyakit hati yang membahayakan, agama menyebutnya dengan wahn.

Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqih Jihad (2010: xivi) menceritakan, seseorang bertanya, “Apakah wahn itu wahai Rasulullah?”

Rasulullah Saw. menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”

Rasulullah Saw. menerangkan bahwa penyebab utama wahn dan kelemahan umat Islam adalah jiwa serta akhlak, yaitu cinta dunia dan benci mati. Padahal, Islam akan menang oleh kaum yang menjual kehidupan dunia dengan akhirat, mendahulukan pahala dan balasan Allah daripada apa yang mereka miliki, percaya bahwa kematian di jalan Allah adalah kehidupan.

Agar terhindar dari penyakit wahn ini, tampaknya kita tidak perlu menunggu ajal datang menjelang. Lagi pula kita tidak tahu toh kapan datangnya maut, kan bisa datang mendadak menyergap tanpa kita sadari.

Oleh sebab itu, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad menjelang ajalnya itu, patutlah kita mulai resapkan kepada hati sendiri sedini mungkin, sejak sekarang ini.

Kita bukanlah manusia suci seperti Nabi Muhammad. Janganlah menunda-nunda untuk mengatakan kepada diri sendiri, wahai jiwaku, kamu tidak mampu merasakan lagi segala kelezatan dunia!

Mengapa? Karena ketika hati telah terlanjur demikian kotornya oleh noda-noda dikhawatirkan hati itu tidak mampu lagi meresapi kalimat yang demikian dahsyat.  




Ya Allah, Aku Belum Pernah Kecewa dalam Berdoa

Sebelumnya

Menyambungkan Jiwa dengan Al-Qur’an

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur