Barangsiapa beramal dalam hari-hari harapannya sebelum datang kematiannya, amalnya akan bermanfaat baginya dan kematiannya tidak akan merugikannya/ Net
Barangsiapa beramal dalam hari-hari harapannya sebelum datang kematiannya, amalnya akan bermanfaat baginya dan kematiannya tidak akan merugikannya/ Net
KOMENTAR

BEGINI hebatnya kecanggihan teknologi, meski acara reuninya diselenggarakan di Moskow, tetapi banyak peserta lain yang tetap meramaikannya dengan cara virtual. Pada mulanya kegembiraan terpancar dari para peserta yang berasal dari berbagai negara di benua Asia, Eropa, Afrika dan Amerika. Belasan tahun berlalu, mereka masih mengenang hal-hal manis ketika dahulu masih sama-sama menuntut ilmu.

Namun, suasana mendadak mendung tatkala teman dari Asia menyampaikan salah seorang rekan mereka telah meninggal dunia, rest in peace, istilah kerennya.

Mereka sontak kaget nyaris tak percaya, berhubung yang mati itu masih relatf muda, penganut pola hidup sehat, dan juga rajin olahraga. Namun, mau bagaimana lagi, tidak ada yang dapat menolak ajal.

Sebagaimana surat Ali Imran ayat 185, yang artinya, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.”

Reuni itu menghasilkan kesepemahaman bersama, yaitu perlunya belajar hidup dari orang yang telah mati. Hidup yang teramat singkat ini memang pasti akan diakhiri, bahkan tanpa alasan sekalipun. Dan inilah reuni yang teramat menggugah batin.

Lalu apa yang dapat kita pelajari dari orang mati?

Banyak sekali tentunya, berikut ini hanyalah di antaranya:

Pertama, orang mati tetap mengalir pahalanya, terutama dari amal-amal kebaikan semasa hidupnya.

Kita dapat belajar betapa orang yang telah mati itu sebetulnya masih tetaplah hidup. Apanya yang hidup? Tentu amal-amal kebajikannya yang tidak akan pernah mati.

Suatu contoh lelaki muda yang gemar sekali menyusun sandal atau sepatu jamaah di sebuah mushala. Dia lakukan itu tanpa peduli pandangan miring orang-orang. Setelah dirinya meninggal dunia, ternyata sandal dan sepatu di mushala itu tidak berantakan.

Tentu bukan orang yang telah mati itu datang lagi menyusunnya agar rapi kembali. Melainkan, justru setelah dirinya meninggal dunia, orang-orang menyadari manfaat amalannya dan kemudian meneladaninya.

Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam buku Biografi Ali bin Abi Thalib (2012: 333) menyebutkan nasihat dari Imam Ali bin Abi Thalib, ingatlah, Anda berada di hari-hari harapan dan di baliknya berdiri kematian.

Barangsiapa beramal dalam hari-hari harapannya sebelum datang kematiannya, amalnya akan bermanfaat baginya dan kematiannya tidak akan merugikannya.

Tetapi, orang-orang yang tidak beramal dalam masa harapannya sebelum datang ajalnya, amalnya adalah sia-sia dan kematiannya adalah suatu kemudaratan baginya.

Berhati -hatilah dan beramalah dalam masa ketertarikan sebagaimana Anda berbuat dalam masa kengerian. Berhati-hatilah, saya belum melihat seorang yang menghasratkan surga tertidur, dan tidak pula seorang yang merasa ngeri akan neraka terlelap.

Oleh sebab itu, selagi masih hidup, maka manfaatkanlah tiap detik itu untuk beramal kebajikan, karena hanya dalam kondisi bernyawa kita mampu melakukannya.

Kedua, orang mati meninggalkan nasihat

Ini nasihat yang bukan berupa untaian kata melainkan rangkaian hikmah yang dapat dipetik bagi para pecinta Ilahi.

Maka, kita berkesempatan memperoleh berbagai manfaat berharga menyaksikan orang yang sakaratul maut, atau setidaknya melakukan ziarah kubur, atau setidaknya mengenang mereka yang telah mendahului ke alam baka. Cara-cara itu merupakan nasihat yang insyallah dapat melembutkan hati.

Sebagaimana Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam buku Tamasya ke Negeri Akhirat (2007: 153) menerangkan, Al-Qurthubi berkata, tiada yang lebih bermanfaat untuk hati dari ziarah kubur, terlebih jika hati itu keras, maka si empunya dapat mengobatinya dengan tiga hal:

Pertama, meninggalkan hal buruk yang dilakukan dengan menghadiri majelis ilmu yang berisi nasihat, zikir, yang membuat takut dan terancam (dari siksa Allah), dan cerita-cerita orang-orang saleh; hal-hal yang melunakkan hati.

Kedua, mengingat kematian; memperbanyak mengingat pemutus kesenangan (syahwat), pencerai-berai komunitas masyarakat dan penyebab keyatiman anak-anak laki-laki dan perempuan.

Ketiga, ikut menyaksikan orang-orang yang menghadapi kematian. Melihat orang yang akan meninggal, menyaksikan sakaratul maut dan merenungkan potretnya setelah kematiannya, dapat membangkitkan semangat beramal, bertambah rajin dan mencurahkan segenap tenaga.

Apapun jalan hidup yang kita pilih di dunia ini, sadarilah bahwa semuanya itu mengantarkan kepada gerbang kematian. Dan kita yang masih hidup ini perlu belajar sebanyak mungkin.




Memahami Faedah Bertawakal untuk Membebaskan Diri dari Penderitaan Batin

Sebelumnya

Menjadi Korban Cinta yang Salah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur