Dalam bukunya, Obama menulis dengan bijak saat menggambarkan kerikil dalam rumah tangganya. Sikap skeptis Michelle terhadap keinginannya maju sebagai calon presiden justru membuatnya mempertanyakan kembali motivasi dan egonya.
Mengapa dia melakukan ini pada istrinya, apakah ini hanya sekedar kesombongan, atau bahkan sesuatu yang lebih jahat, alasan untuk mengabdi bagi masyarakat yang dibungkus ambisi buta. Ataukah dia masih ingin membuktikan pada ayah yang telah menelantarkannya bahwa dirinya berharga, membuktikan pada ibunya yang selalu menatapnya penuh harapan, dan membuktikan diri karena terlahir sebagai anak dari ras campuran?
Michelle pun menyebutkan bahwa ambisi Obama menjadi sesuatu yang harus dihadapinya setiap saat, entah itu di kamar tidur maupun di meja makan, membuatnya harus beradaptasi. Dan akhirnya, ketika visi Obama menjadi lebih jelas, Michelle pun mendukungnya.
"Aku tahu pada hari aku mengangkat tanganku untuk diambil sumpah sebagai presiden Amerika Serikat, dunia akan melihat Amerika dengan cara berbeda. Aku tahu bahwa semua anak di negeri ini, kulit hitam atau hispanik, anak-anak yang merasa berbeda, mereka akan melihat bahwa perbedaan itu adalah berharga."
Jawaban itulah yang membuat Michelle mendukung sepenuh hati langkah Obama menuju Gedung Putih, seperti dilansir Vogue.
KOMENTAR ANDA