Orangtua bahagia pasti membahagiakan putra-putrinya. Membahagiakan tanpa memanjakan, karena kita memahami limpahan materi tak akan menjadikan seseorang mulia dan bertakwa/ Net
Orangtua bahagia pasti membahagiakan putra-putrinya. Membahagiakan tanpa memanjakan, karena kita memahami limpahan materi tak akan menjadikan seseorang mulia dan bertakwa/ Net
KOMENTAR

ADA sebutan mantan istri dan mantan suami tapi tidak ada mantan orangtua. Sekali ibu tetap ibu. Sekali ayah selamanya ayah. Tidak akan berubah sekali pun pasangan berumah tangga berganti berkali-kali.

Karena itulah, amat penting bagi seorang ibu dan seorang ayah untuk bisa enjoy menjalani peran seumur hidup tersebut. Dan tentu saja, kunci untuk bisa menikmatinya adalah BAHAGIA.

Mengutip perkataan psikolog Elly Risman yang diunggah @mommischology, bahwa "Ciri orang bahagia adalah bersyukur terhadap apa-apa yang dimiliki. Karena itu anugerah Allah bisa punya keturunan. Jangan lupa, anak yang benci ayah itu membenci Tuhan. Jadi, ayah-ayah bertanggung jawab terhadap anaknya di hadapan Allah. Orang bahagia suka berbagi, memberi optimal, suka orang lain bahagia. Makna role model bahagia adalah otak yang sehat, pemikiran yang sehat. Dia memiliki legacy, dia bisa menginspirasi orang lain."

Maka, pandangilah wajah anak-anak kita saat mereka tertidur lelap. Ingatlah selalu bahwa mereka adalah buah kasih sayang yang dianugerahkan Sang Khalik kepada kita, orangtua. Dengan terlahirnya mereka ke dunia, mereka berhak mendapatkan cinta kasih tulus dari kita.

Anak bukanlah robot yang bisa diprogram dan diperintahkan semau kita. Anak adalah buah hati yang lahir dengan hati yang bersih. Kitalah yang bisa menyapukan berbagai warna ke dalam hatinya. Apakah kita ingin menghadirkan keindahan pelangi atau kita ingin memenuhi hatinya dengan kegelapan, itulah yang harus kita kita pikirkan dengan matang.

Orangtua memiliki naluri yang ingin anaknya jauh lebih bahagia dan lebih berhasil. Dan terutama, menjadi shaleh dan shalehah dalam urusan dunia akhirat. Hanya orangtua dengan pikiran tidak sehat yang menginginkan anaknya hidup di jalan yang sesat, bobrok akhlaknya, dan jauh dari kondisi sejahtera.

Karena itulah kita harus memelihara akal sehat kita dengan sebaik-baiknya agar kita bisa bersyukur dengan segala pemberian Allah. Agar kita bisa berbahagia dan menikmati pergantian hari, pergantian minggu, pergantian bulan, hingga pergantian tahun dalam menjalankan peran kita sebagai ibu atau ayah.

Ketika kita bahagia, kita menjadi lebih optimis dan lebih tenang menghadapi berbagai persoalan hidup. Menjadi orangtua bahagia juga tidak hanya menyenangkan bagi kita tapi juga bermanfaat bagi hubungan kita dengan si buah hati.

Kebahagiaan kita memancar dan terserap oleh anak hingga mereka pun tumbuh menjadi pribadi yang bahagia. Mereka merasa cukup dengan apa yang mereka miliki karena mereka melihat kita mampu berbahagia dengan apa yang kita miliki. Mereka tidak tumbuh menjadi pribadi yang iri melihat keberhasilan orang lain. Mereka juga tidak tumbuh menjadi pribadi yang membenci Sang Pencipta.

Dengan kita memberi sebanyak-banyaknya cinta kasih kepada anak, mereka akan berterima kasih kepada kita tanpa perlu kita memintanya. Ketulusan kita akan menghiasi hidup mereka selamanya. Dan kelak ketika mereka dewasa, mereka akan berlomba untuk menghadiahkan kehidupan yang indah untuk kita nikmati di hari tua.

Orangtua bahagia pasti membahagiakan putra-putrinya. Membahagiakan tanpa memanjakan, karena kita memahami limpahan materi tak akan menjadikan seseorang mulia dan bertakwa. Kita membahagiakan dengan mendidik anak sebaik-baiknya terutama agar mereka tetap berpegang teguh pada hidayah Allah Swt.

Sekali ibu tetap ibu, sekali ayah selamanya ayah. Agar kita mampu konsisten menjadi role model yang bahagia, top up terus persediaan rasa sayang, perhatian, kepekaan, kedisiplinan, kesabaran, tawakal, dan kegigihan kita dalam mendidik si buah hati. Karena kita harus siap menghadapi berbagai rintangan yang datang silih berganti seumur hidup.

Anak kita, keindahan dunia dan akhirat kita. Rabbighfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani shaghiraa. Sungguh indah bila lantuan doa itu senantiasa terucap dari bibir anak-anak kita, sedari kini hingga nanti kita tak lagi ada di dunia yang fana ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting