Anggota sebuah organisasi yang mewakili para korban skandal sanitizer humidifier mematikan mengadakan konferensi pers di Seoul pada tanggal 31 Juli 2020/Yonhap
Anggota sebuah organisasi yang mewakili para korban skandal sanitizer humidifier mematikan mengadakan konferensi pers di Seoul pada tanggal 31 Juli 2020/Yonhap
KOMENTAR

RIBUAN warga Korea Selatan mendesak kejelasan atas skandal sanitizer humidifier, atau obat pembasmi dan pembersih kuman (sanitizer) yang digunakan pada alat pelembab udara (humidifier) yang mematikan.

Mereka yang merasa dirugikan atas skandal tersebut bahkan telah melaporkan ada lebih dari 1.500 kematian resmi yang terdaftar akibat produk sanitizer humidifier tersebut.

Skandal tersebut sebenarnya telah dilaporkan sejak tahun 2018 lalu. Sejak saat itu, Komisi Khusus Investigasi Bencana Sosial, yakni panel yang dibentuk di bawah tindakan khusus untuk menangani bencana sosial pun melakukan penyelidikan.

Namun, penyelidikan sejauh ini belum membuahkan hasil ataupun tindakan yang signifikan.

Para korban pun geram dan menuntut agar komisi melakukan penyelidikan khusus pada kementerian pemerintah terkait serta produsen yang membuat produk tersebut.

"Sudah 19 bulan sejak Komisi Khusus Investigasi Bencana Sosial meluncurkan penyelidikan, dan kegiatan mereka berakhir dalam waktu kurang dari lima bulan," kata anggota organisasi yang mewakili para korban dalam konferensi pers yang diadakan di depan kantor komisi di pusat, Seoul pada Jumat (31/7), seperti dikabarkan Yonhap.

Komisi itu memulai penyelidikannya terhadap skandal sanitizer humidifier pada Desember tahun 2018 lalu dan akan mengakhiri kegiatannya pada Desember tahun ini.

Sejauh ini, para korban frustasi atas atas proses pencarian fakta yang dilakukan oleh komisi. Mereka pun turun ke jalan dan medesak komisi untuk meminta parlemen agar menyetujui penasihat khusus untuk menyelidiki Kementerian Kingkungan dan badan engawas perdagangan yang adil serta perusahaan yang terjerat dalam skandal itu.

Mereka juga meminta laporan yang diserahkan komisi kepada parlemen dan presiden untuk dibagikan kepada para korban. Karena sejauh ini, para korban tidak mengetahui hasil laporan komisi yang menangani kasus tersebut.

Skandal sanitizer humidifier ini sebenarnya telah mencuat beberapa tahun terakhir, tepatnya pada tahun 2011 lalu, ketika empat orang wanita hamil meninggal dunia karena masalah karena masalah paru-paru yang tidak diketahui.

Pemerintah setempat kemudian meluncurkan penyelidikan atas kasus kematian tersebut. Dalam penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa penyebab kematian empat wanita hamil tersebut adalah karena polyhexamethylene guanidine, yakni agen antibakteri yang digunakan dalam sanitizer humidifier yang dapat berakibat fatal ketika terhirup dalam bentuk tetesan.

Sejak saat itu, muncul banyak laporan soal kematian akibat sanitizer humidifier tersebut selama beberapa tahun sebelumnya.

Laporan terbaru komisi menunjukkan bahwa sekitar 14 ribu orang diperkirakan telah meninggal dunia dalam kasus fatal akibat pembersih humidifier itu.

Laporan yang sama juga menunjukkan bahwa sekitar 670 ribu orang menderita masalah kesehatan akibat sanitizer tersebut, termasuk 520 ribu orang belum melaporkan gejala yang relevan sebelum menggunakan sanitizer humidifier.




Kencangkan Dukungan ke Palestina, Universitas Siber Muhammadiyah Gelar Aksi Hybrid dan Penggalangan Dana

Sebelumnya

Kelompok Pro-Israel Serang Demonstran Pro-Palestina, Bentrokan Terjadi di Kampus UCLA

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News