Sampah plastik akan menjadi semacam bom waktu jika tidak ditanggulangi sesegera mungkin/Net
Sampah plastik akan menjadi semacam bom waktu jika tidak ditanggulangi sesegera mungkin/Net
KOMENTAR

SAMPAH plastik berpotensi menjadi bom waktu yang akan menjadi masalah besar suatu saat nanti. Para peneliti memperingatkan, bahkan jika ada upaya segera secara global untuk mengurangi konsumsi plastik, dunia masih akan memiliki sekitar 710 juta metrik ton plastik yang akan mencemari lingkungan pada tahun 2040 mendatang.

Hal itu terungkap dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh peneliti untuk Kampanye Preventing Ocean Plastics Pew yang dimuat dalam jurnal ilmiah, Science pekan ini.

Dalam penelitian ini, sekelompok peneliti internasional menemukan bahwa bahkan dalam "skenario kasus terbaik" di mana jumlah polusi plastik berkurang sebesar 80 persen pada tahun 2040, masih akan ada "bangunan" besar dari akumulasi plastik di dunia.

"Pengambilan terbesar dari pekerjaan kami adalah bahwa jika kami tidak melakukan apa-apa, masalah polusi plastik akan menjadi tidak terkendali. Tidak melakukan apa pun bukanlah pilihan," kata rekan penulis studi dan manajer senior untuk Kampanye Preventing Ocean Plastics Pew, Dr. Winnie Lau, seperti dikabarkan CNN..

Dia menjelaskan, temuan mereka merupakan "berita buruk untuk situasi berita baik". Artinya, masalah pencemaran plastik memang semakin memburuk. Namun kita telah memiliki semua pengetahuan, teknologi, dan alat untuk membuat perubahan besar.

Lau juga menambahkan bahwa upaya global yang meningkat pesat dapat mengurangi polusi plastik dari 40 persen dari level 2016 menjadi 78 persen relatif pada tahun 2040 mendatang.

Sampah plastik sendiri menyimpan masalah besar. Jutaan ton plastik memasuki lautan setiap tahun, mencemari laut, mengotori pantai, dan membahayakan margasatwa.

Partikel plastik telah ditemukan di tanah, di atmosfer, dan bahkan di wilayah paling terpencil di Bumi, seperti Antartika. Mikroplastik juga dimakan oleh ikan dan makhluk laut lainnya, di mana mereka memasuki rantai makanan.

Penelitian yang sama menyebutkan, pertumbuhan cepat dalam produksi plastik, didorong oleh kenaikan plastik sekali pakai dan budaya "membuang" telah memperburuk masalah tersebut. Sementara itu, sistem pengelolaan limbah di negara-negara di dunia tidak memiliki kapasitas untuk dengan aman membuang atau mendaur ulang sampah plastik.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News