Donald Trump/Net
Donald Trump/Net
KOMENTAR

Waktu meledak berita Trump merekomendasikan suntik disinfektan kemarin, ia kirim WA lagi ke saya: iya kan, Presiden Trump saja akan menggunakan disinfektan.

Saya sedang menulis naskah ini ketika WA itu masuk ke ponsel saya. Tapi tidak cukup kuat untuk membuat saya menghentikan naskah DI's Way ini.

Saya tetap salut padanya. Yang terus memikirkan jalan keluar terbaik. Juga pada kegigihannya memperjuangkan ide.

Saya juga salut sekali kepada Trump. Begitu banyak idenya --meski semua dianggap konyol.

Kini tinggal satu yang saya khawatirkan: jangan-jangan Trump segera memutuskan perang. Hanya tinggal itu jalan yang tersisa. Untuk bisa menang November nanti.

Menyerang siapa?

Bisa melawan Tiongkok, Iran, atau kalau mau agak kecil-kecilan: Korea Utara.

Tidak ada lagi jalan lain untuk meningkatkan popularitasnya. Padahal pilpres sudah kian dekat. Covid hanya memusingkannya --dan menurunkan popularitasnya.

Saya sarankan agar Tiongkok tidak menganggap enteng jalan perang Trump itu. Demikian juga Iran dan Korsel.

Trump pernah mengandalkan obat yang baru ia ketahui kemujarabannya. Sampai-sampai obat itu ia beri gelar si "Game Changer": hydrochloroquine dan remdesivir.

Fox News TV tidak henti-hentinya mengulas kehebatannya. Para ahli kesehatan juga tidak tega menentang terang-terangan --hanya lebih banyak bisik-bisik: itu obat malaria.

Tapi, kini, harapan Trump pada si Game Changer sudah pupus. Kian lama bisik-bisik itu kian berisik. Lalu jadi teriakan lantang: obat itu sama sekali tidak cocok untuk Covid-19.

Dan Fox News tidak pernah memberitakannya lagi.

Lalu Trump mencoba menyalah-nyalahkan Tiongkok. Semacam cari kambing hitam --yang kebetulan memang hitam. Tapi Tiongkok melawan.

Ganti Trump menyalah-nyalahkan WHO --dan menghentikan iuran Amerika ke lembaga itu. Yang nilainya Rp 7 triliun setahun.

Tidak pula bisa menyelamatkan nama Trump.

Lalu ketemulah cairan disinfektan, terik matahari, sinar ultraviolet, dan cairan pemutih yang disebut bleaching.

Trump memang tidak langsung menginstruksikan jalan baru itu. Tapi juga tidak mau mengabaikannya --karena rumor tentang itu sangat luas dibicarakan di masyarakat.

Bahwa isu ini akan negatif bagi Trump bisa dilihat dari reaksi wartawan --yang sebenarnya sudah mulai bosan dengan brifieng harian itu. Yang mereka nilai hanya jadi panggung Trump untuk kampanye pilpres.

Wartawan The Washington Post pun bertanya dengan nada menyerang: kami wartawan hadir di sini untuk mendapat informasi penting, bukan untuk mendengarkan rumor...

Trump bergegas memotong pertanyaan itu. Ia menunjukkan keterampilan tingginya di bidang serang-menyerang: Saya ini Presiden, Anda itu pembuat pemberita palsu.

Ya sudahlah.

Trump memang jago di situ.

Tapi jurus-baru-suntik-disinfektan itu hampir pasti justru membuatnya kian terlihat 'ia bukan pemimpin di kala krisis'.

Saya benar-benar khawatir Trump akhirnya tinggal menemukan jalan perang itu --untuk bisa menang.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway