Infografis isi piringku untuk program makan siang gratis yang baik/Unicef
Infografis isi piringku untuk program makan siang gratis yang baik/Unicef
KOMENTAR

PROGRAM makan siang gratis saat ini sedang marak diperbincangkan. Program ini sejatinya bukan untuk mencegah stunting pada anak sekolah, namun mencegah malnutrisi yang bisa mengancam kesehatan jangka panjang. Anak sekolah, utamanya putri, adalah calon ibu yang dikhawatirkan dapat mengalami anemia kronis karena malnutrisi dan berpotensi melahirkan anak dengan gangguan gizi, pertumbuhan, perkembangan, yang semuanya tergolong pada stunting.

Malnutrisi tidak hanya gizi kurang (underweight), tetapi juga gizi berlebih (overweight). Obesitas juga termasuk salah satunya, karena berisiko meningkatkan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, dan penyakit tidak menular lainnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada sebuah kesempatan mengatakan, jika anak sudah ditemukan stunting artinya sudah mengalami malnutrisi stadium empat dan sudah terlambat untuk ditangani.

“Stadium I kita sebut weight faltering atau gagal tumbuh. Stadium II gizi kurang, stadium III gizi buruk, baru kemudian stadium IV adalah stunting,” jelas praktisi Kesehatan Masyarakat, dr Ngabila Salama, MKM.

Kemenkes sendiri telah memperkenalkan lima cara mencegah stunting, yang dikenal dengan istilah ABCDE. Artinya, aktif minum tablet tambah darah (TTD), ibu hamil teratur memeriksakan kehamilan minimal enam kali, cukupi konsumsi protein hewani, datang ke posyandu setiap bulan, dan ekslusif ASI selama enam bulan.

Sesuai konsep isi piringku, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengah piring lainnya adalah karbohidrat dan lauk tinggi protein hewani.

“Anak masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Diharapkan makan siang gratis bersama seluruh anak sekolah dapat menjadi budaya yang baik, dimulai dari kecil membiasakan masakan seimbang dan bergizi,” ujar Ngabila.

Ini penting untuk menyambut puncak bonus demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045, di mana mereka yang berusia SD ini adalah calon ibu dan orang tua yang akan mendidik dan membiasakan anak-anaknya untuk hidup sehat.

“Makan adalah sebuah proses belajar dan perlu menjadi budaya yang terus dibiasakan sehari-hari. Jika dari kecil anak Sukanya jajan makanan pengawet, akan kebiasaan sampai besar,” ucapnya.

Dan untuk program makan siang gratis, sebaiknya pertimbangkan beberapa hal ini:

  • Menu seimbang sesuai konsep isi piringku.
  • Tinggi protein hewani.
  • Ada sayur dan buah.
  • Rendah kadar gula, garam, dan lemak.
  • Tanpa MSG dan bahan pengawet.
  • Manfaatkan bahan pangan lokal alami.
  • Variatif, menarik, higienis.

Poin terakhir untuk mencegah keracunan makanan/diare. Diharapkan penyedia sudah mendapat sertifikat layak hygiene dari puskesmas atau dinkes setempat. Lakukan monitoring berkala dan pastikan menu serta variasi makanan juga kandungan kalorinya sudah disetujui puskesmas setempat.

Pastikan pula ramah lingkungan (tidak menggunakan kemasan plastic), makanan harus dihabiskan di sekolah, dan strong leadership at all level. Koordinasi aktif dinas pendidikan melalui sekolah, puskesmas, dan dinas ketahanan pangan.




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News