Ilustrasi anak yang rentan mengalami hipertensi/Alodokter
Ilustrasi anak yang rentan mengalami hipertensi/Alodokter
KOMENTAR

HIPERTENSI biasanya terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia. Disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat (terlalu banyak konsumsi garam), jarang berolah raga (aktivitas fisik), atau sedang mengonsumsi obat-obatan. Di Indonesia, hipertensi terjadi lebih dari 2 juta per kasus dan biasanya menjadi penyebab penyakit lain seperti jantung dan stroke.

Baru-baru ini, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Heru Muryawan, SpA (K) mengatakan, anak yang menonton TV lebih dari tiga jam per hari berisiko 6 sampai 7 kali lipat mengalami kenaikan tekanan darah sistolik yang berujung pada hipertensi.

Artinya, anak yang berada di depan TV atau layer gadget, lebih dari tiga jam sehari kurang beraktivitas dan itu memunculkan potensi yang cukup besar untuk mengalami hipertensi. Jadi, kini hipertensi juga mengintai anak-anak, tidak hanya orang dewasa dan lanjut usia.

“Faktor risiko hipertensi sangat erat kaitannya dengan kurangnya aktivitas anak. Jika anak hanya menonton TV terus selama berjam-jam bisa meningkatkan risiko tersebut. Karena, pembuluh darah itu butuh elastisitas, kelenturan, sehingga jika kurang gerak rentan hipertensi,” kata Heru.

Secara umum, kejadian hipertensi pada anak berkisar 1-2%. Bahkan, sebuah penelitian di Amerika Serikat terhadap 5.100 anak sekolah mendapatkan kejadian hipertesi sebesar 4,5%. Peningkatan ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti obesitas/kegemukan dan perubahan gaya hidup, misalnya kurang beraktivitas, terlalu banyak bermain gadget atau menonton televsi, asupan makanan yang tinggi kalori, tinggi garam, minuman yang mengandung alkohol dan kafein, kebiasaan merokok pada remaja, stres mental, hingga kurang tidur.

Anak dengan hipertensi mempunyai risiko hamper 4 kali lebih besar untuk menderita hipertensi pada masa dewasa. Hipertensi pada anak memberikan dampak pada Kesehatan kardiovaskular pada masa dewasa, karena pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) sejak masa kanak-kanak.

Mengenal Dini Peningkatan Tekanan Darah pada Anak

Mengutip laman IDAI, idealnya setiap anak yang berusia 3 tahun atau lebih menjalani pemeriksaan tekanan darah, setidaknya setahun sekali. Pada anak-anak dengan Riwayat lahir prematur, berat lahir kurang dari 2.500 gram, atau Riwayat dirawat di ICU, memerlukan pemeriksaan tekanan darah lebih dini.

Jadi, pada setiap anak yang memberikan gejala dan tanda seperti disebutkan di atas, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah guna mencegah terjadinya hipertensi.




Mengatasi Kekhawatiran Orang Tua Saat Melepas Anak dari SD ke SMP

Sebelumnya

Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting