Suasana Bandung, Jawa Barat/Net
Suasana Bandung, Jawa Barat/Net
KOMENTAR

BEBERAPA hari terakhir ini, cuaca di Bandung terasa lebih dingin dari biasanya. Cuaca seperti ini akan terjadi di wilayah Bandung Raya dan Priangan. Suhu bisa drop sampai 15 derajat Celsius. Kondisi ini terjadi karena datangnya angin monsun musim dingin dari Australia.

Untuk itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, mengingatkan warganya untuk selalu menjaga kesehatan dan menjaga suhu tubuh dengan baik. Bila diperlukan, gunakan dan sediakan selalu pakaian hangat agar tubuh tidak menggigil.

“Pastikan punya baju tebal dan selimut hangat,” tulis Ridwan Kamil di akun Instagram resminya.

Terkait angin monsoon musim dingin dari Australia, Kepala BMKG Kota Bandung Teguh Rahayu menjelaskan, terdapat pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia dan menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia atau lebih dikenal dengan angin monsum Australia.

“Angin ini juga merupakan penyebab utama terjadinya musim kemarau di Indonesia. Angin monsun Australia ini membawa suhu dingin yang berada di wilayah Australia ke wilayah Indonesia yang berada di wilayah BBS (belahan bumi selatan),” kata Teguh kepada Kompas.

Fenomena suhu dingin ini akan berlangsung hingga Agustus dan akan kembali menghangat pada September. Jadi, masyarakat diharapkan untuk tidak panis, karena suhu dingin pada puncak musim kemarau adalah fenomena yang wajar, terutama untuk wilayah Indonesia di BBS.

“Tidak perlu panik, tapi siapkan diri dengan menggunakan jaket dan atau selimut di malam hari dan selalu menjaga stamina tubuh, sehingga terhindar dari berbagai potensi penyakit,” ujar Teguh.

Bukan fenomena baru

Pada 2021, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal memberikan penjelasan, fenomena suhu lebih dingin di malam hari bukanlah hal baru, melainkan terjadi setiap tahun. Tidak hanya di Bandung, beberapa tempat seperti Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang mirip dengan salju.

“Pada Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin dan adanya pola tekanan udara yang relative tinggi yang menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia yang dikenal dengan monsun. Angin ini bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin,” demikian Herizal.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News