Tidak ada kemeriahan Idul Adha di Sudan, yang ada hanya suara baku tembak dan ledakan bom/BBC
Tidak ada kemeriahan Idul Adha di Sudan, yang ada hanya suara baku tembak dan ledakan bom/BBC
KOMENTAR

WARGA muslim di Sudan tidak bisa merasakan bagaimana meriahnya Hari Raya Idul Adha seperti yang dilami umat muslim lainnya di negara tetangga. Jika negara-negara lain merayakan Idul Adha dengan kemeriahan takbir serta memotong hewan kurban, muslim Sudan justru harus merasakan ketakutan hiruk pikuk ledakan bom dan suara tembakan.

Kepala BBC, sejumlah penduduk mengatakan bahwa artileri berat dan serangan udara terdengar di negara bagian Khartoum. Kondisi ini menjadi alasan warga tidak melaksanakan salat Ied di luar ruangan.

“Rasanya tidak seperti Idul Adha. Jalanan kosong dan orang-orang takut. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya tidak pergi (salat Ied),” kata Walaa Ibrahim, mahasiswa kedokteran yang terpaksa harus berhenti kuliah karena ‘pertikaian’ ini.

Mohammed Abboud Soliman, seorang pedagang ternak dari negara bagian Kordofan Barat berbagi cerita, dulu setiap Idul Adha, sama seperti di negara berpenduduk muslim lainnya, masyarakat Sudan pun merayakannya dengan penuh suka cita. Membeli domba kurban atau kambing dan membagi dagingnya antara keluarga, teman, dan orang miskin.

“Tapi Idul Adha ini situasinya cukup sulit karena perang dan karena kebanyakan kami tidak mendapat upah. Kami tidak bisa membeli domba kurban, karena harganya mahal,” aku Mohammed.

Pun dengan suguhan Idul Adha berupa penganan manis dari toko roti, juga tidak banyak tersedia. Di Omdurman, salah satu dari tiga kota di kawasan Greater Khatoum, toko roti telah dijarah.

“Dua toko roti telah dirampol dan sayangnya salah satu pembuat roti tewas. Kedua toko roti ini sangat penting, karena produksinya memenuhi kebutuhan area yang luas. Rumah ini setiap hari menjadi sasaran penjarahan dan perampokan. Situasinya memburuk,” ujar seorang warga, mengutip BBC.

Sudah saat ini berada dalam pekan ke-10 perang perebutan kekuasaan antara militer negara itu dan kelompok paramiliter yang disebut Rapid Support Forces (RSF). Sejak itu, lebih dari 500 ribu orang telah meninggalkan Sudan.

Menurut angka PBB, lebih dari semingu yang lalu banyak warga meninggalkan Sudan. Kemudian, sekitar 2,2 juta orang telah meninggalkan rumah mereka. Angka pasti jumlah orang yang tewas dalam pertempuran itu sulit ditentukan. Tetapi diyakini, lebih dari 1000 orang, termasuk banyak warga sipil, terjebak dalam baku tembak.

Di tengah pertempuran itu, banyak warga Sudan berupaya merayakan Idul Adha dengan tidak cukup uang dan ruang.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News