My Dream Stead, sekolah di Lagos, Nigeria, yang mempersilahkan siswanya untuk membayar iuran dengan sampah daur ulang/Net
My Dream Stead, sekolah di Lagos, Nigeria, yang mempersilahkan siswanya untuk membayar iuran dengan sampah daur ulang/Net
KOMENTAR

NIGERIA adalah salah satu dari lima negara maju di benua Afrika. Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Nigeria lebih cepat dibandingkan prediksi bank sentral dan pemerintah tahun lalu. Percepatan pertumbuhan ini didorong ekspansi industri perdagangan dan pertanian, untuk mengimbangi penurunan tajam produksi minyak pada kuartal keempat.

Sadar akan banyaknya potensi yang dimiliki, Nigeria begitu memerhatikan perkembangan pendidikan di negaranya. Mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas, adalah hal utama yang harus diperhatikan.

Karenanya, biaya pendidikan di Nigeria sangatlah rendah. Tujuannya, agar masyarakat dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Salah satu sekolah yang memiliki biaya rendah di Lagos, Nigeria adalah My Dream Stead. Sekolah tersebut bahkan mempersilahkan orang tua membayar biaya dengan limbah daur ulang.

Selama empat tahun terakhir, organisasi lingkungan lokal bernama African Cleanup Initiative telah mengumpulkan botol, kaleng, karton minuman, dan wadah plastic dari orang tua, lalu menjualnya ke pendaur ulang. Hasil penjualan itu digunakan untuk membiayai kebutuhan anak dan guru di sekolah.

Selain bisa membantu menjaga kebersihan lingkungan, tujuan utama diadakan skema ini adalah untuk mengurangi jumlah anak putus sekolah.

Biaya sekolah di My Dream Stead mencapai 130dolar AS atau Rp1,9 juta per tahun. Sekolah tersebut berkembang menjadi blok apartemen kedua untuk menampung 120 muridnya. Hanya tujuh anak yang terdaftar saat dibuka pada 2019.

Fawas, adalah salah satu murid di sekolah tersebut. Setiap pagi, dia bersama ibunya, Fatimoh, berjalan ke sekolah dengan membawa karung penuh sampah di Pundak mereka. Sampah tersebut ditimbang di lingkungan sekolah. Nilai jualnya langsung ditambahkan ke rekening Fawas.

“Terkadang, ketika dia ingin membeli pakaian olahraga, sekolah akan memberi tahu saya jumlah (sampah) yang harus saya bawa,” kata Fatimoh.

Dia mengaku, sistem ini sangat meringankan bebannya. Sebab, pekerjaan mencari sampah daur ulang tersebut bisa dilakukannya setelah mengantar Fawas ke sekolah.

Wah, keren ya. Cara seperti ini sangat bisa loh diterapkan di Indonesia dengan sampah daur ulang yang cukup banyak. Selain bisa mengurangi jumlah sampah yang berserakan, sekaligus dapat mencegah jumlah anak putus sekolah.

Bagaimana menurut Sahabat Farah?




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News