Ilustrasi ibu mendengarkan anak bercerita/Net
Ilustrasi ibu mendengarkan anak bercerita/Net
KOMENTAR

DI MASYARAKAT Indonesia, berbicara tentang hal-hal yang terkait permasalahan seksual masih dianggap tabu. Pun jika ingin membicarakannya, orang tua kerap kali merasa risih.

Namun permasalahan seksual, terutama pelecehan seksual terhadap anak-anak, adalah persoalan genting. Harus ada pembicaraan mendidik mengenai hal tersebut, sejak anak masih dini. Tujuannya agar anak mengenal organ-organ vitalnya yang tidak sembarang orang bisa memegangnya.

Raising Children menulis, mengedukasi tentang pelecehan seksual, secara tidak langsung telah memberi pesan pada anak bahwa ia bisa membicarakan apapun kepada orang tuanya. Sehingga, jika mereka mengalami Tindakan yang mengarah pada pelecehan, atau ketidaknyamanan lainnya, ia bisa dengan nyaman bercerita kepada orang tua.

Untuk memulainya memang bukan hal yang mudah. Pastinya akan ada perasaan canggung atau risi saat anak mulai bercerita. Tapi, orang tua bisa mengawalinya dengan relasi (hubungan) yang saling menghormati, seperti Ayah dan Bundanya.

Jelaskan bahwa banyak hal baik yang terjadi saat ada kepercayaan dalam suatu hubungan, seperti merasa dicintai dan saling berbagi.

Selanjutnya, ceritakan pula bahwa ada hal-hal yang tidak baik tentang suatu hubungan, seperti rasa tidak nyaman, tidak aman, atau intimidasi.

Tidak harus membicarakannya dalam satu waktu, tetapi Ayah Bunda bisa memanfaatkan saat anak-anak bercerita. Misalnya:

  • Saat mendengarkan keluh kesah anak. Misalnya, “Ma, aku nggak suka deh kalau ibu guru meluk-meluk aku.” Bunda bisa menanggapinya dengan mengatakan, “Tidak apa-apa, kamu bicarakan saja dengan ibu guru kalau kamu tidak suka. Atau, mau mama yang bicara ke ibu guru?”
  • Ajarkan untuk berani berkata, “TIDAK”. Misalnya, saat seseorang mulai menyentuhnya, meminta mereka melakukan sesuatu yang tidak nyaman, menakutkan, dan membingungkan. Atau, apabila ada seseorang yang mengancam, menyuap, memeras, atau menipu ke dalam situasi yang tidak nyaman.
  • Ajarkan cara menolak yang sopan.
  • Ajarkan bagaimana menghindar, jika mereka dipaksa.

Cara lain yang bisa Ayah Bunda lakukan adalah mengajari anak untuk mengenali tanda-tanda dalam situasi yang tidak aman. Sesuaikan dengan usia mereka. Misalnya, untuk anak yang masih kecil, katakan bahwa saat anak merasa tidak aman, perut akan terasa mulas, jantung berdebar, tubuh merasa panas, bergetar, atau mungkin goyah.

Kepada anak yang lebih besar, katakan bahwa jika mereka merasa tidak aman maka jantung akan berdebar kencang, otot menjadi tegang, tangan berkeringat, merinding, atau merasa seperti mau sakit.

Ajarkan pula ke mana anak harus melapor jika merasa tidak nyaman. Bisa kepada Ayah atau Bunda, pengasuh, dan kerabat lain yang dipercaya. Ingatkan bahwa anak berkuasa penuh atas dirinya.




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting