KOMENTAR

ISU percepatan penurunan angka stunting sedang menjadi fokus pemerintah Indonesia. Angka stunting yang masih tinggi, padahal Indonesia merupakan negara dengan sumber daya pangan yang sangat beragam.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan stunting tersebut, antara lain kurangnya kesadaran masyarakat untuk memberikan gizi yang cukup pada fase 1.000 hari pertama kehidupan (HPK)  sejak kehamilan dan faktor budaya patrilineal yang mengutamakan ayah untuk memperoleh makanan terbaik, padahal sang anak jauh lebih membutuhkan untuk proses tumbuh kembangnya. Selain itu faktor ekonomi dan keberdayaan masyarakat juga menjadi kendala pemenuhan gizi keluarga.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengimbau kepada masyarakat di Indonesia untuk mengubah pola pikir keluarga dalam menerapkan pola pengasuhan dan pola asupan makanan bergizi terutama pada anak. Menurutnya pemenuhan gizi dengan memberikan protein hewani itu tidak perlu mahal.

"Semangat isi piringku dan kampanye untuk isi piringku dengan kaya protein menjadi penting. Satu butir telur sehari itu sudah bisa mengatasi stunting,"papar Hasto dalam siaran pers (23/1/2023)

Protein hewani tersebut, selain diberikan kepada bayi dan anak, penting juga diberikan kepada pasangan yang akan menikah agar ada kesiapan fisik sebelum terjadi kehamilan.

Stunting tidak hanya berdampak pada tumbuh kembang anak, namun juga mengancam kualitas generasi di masa mendatang.

Dilansir dari website Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (25/1/2023), Presiden Joko Widodo mengingatkan dampak stunting bagi kemampuan berpikir anak.

"Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah nanti rendah kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak,” jelas Presiden Jokowi.

Beliau menekankan agar target penurunan stunting pada 2024 dapat dicapai.

“Target yang saya sampaikan 14 persen di tahun 2024 harus kita bisa capai," ujar Kepala Negara RI tersebut.

Presiden menghimbau agar semua pihak yang terkait bekerja sama dalam mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. Saat ini, angka stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dari 37 persen pada tahun 2014 menjadi 21,6 persen di tahun 2022.

 "Saya yakin dengan kekuatan kita bersama, semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama," Presiden Jokowi.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News