Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

PERASAAN kesal, marah, sedih, seringkali dialami anak-anak. Bukan karena mereka pemarah atau terlalu perasa, tapi karena memang anak-anak belum mengerti bagaimana mengelola emosi dengan benar.

Di sini, orangtua diminta untuk memiliki keterampilan mengelola emosi negative anak, agar mereka memiliki kecerdasan emosi. Ini adalah unsur penting dalam diri anak yang bisa mengantarkannya menjadi pribadi yang cerdas.

Salah satu cara dengan teknik validasi perasaan atau balidasi emosi. Bisa dibilang, ini adalah salah satu kendaraan untuk bisa mencapai kecerdasan emosi tersebut.

Pendiri Komunitas Charlotte Mason Indonesia Ellen Kristi mengatakan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua dalam membantu anak memvalidasi perasaannya.

  • Jadilah pendengar yang tulus

Siapkan diri untuk menjadi pendengar yang tulus. Tinggalkan segala aktivitas, termasuk melongok ponsel saat mendengarkan anak berbicara. Simak semua ekspresinya, baik verbal maupun nonverbal. Dengan begitu, orangtua bisa mengidentifikasi pikiran dan perasaan anak di balik segala ekspresi yang ditunjukkan.

  • Jangan sangkal perasaannya

Hindari menyangkal apapun yang anak coba sampaikan, walaupun bagi orangtua itu tidak masuk akal. Ingat, perasaan setiap orang (termasuk anak) selalu valid bagi orang yang merasakannya.

Ketika orangtua menyangkal perasaan anak saat bercerita, mereka akan semakin emosi. Lebih baik terima perasaannya, sehingga ia merasa dipahami dan dimaklumi. Dengan begitu, anak akan lebih cepat mengatasi emosi negatifnya.

  • Gunakan kalimat pertanyaan

Anak yang sedang emosi tidak bisa mencerna argument dengan baik, karena otak rasionalnya sedang ditutupi otak emosional. Sebaiknya, ajukan pertanyaan yang memicu otak rasionalnya bekerja. Ajukan pertanyaan simpel yang dijawabnya dengan kata “Ya” atau “Tidak”.

Dengan begini, orangtua bisa membantu anak memahami penyebab emosi negatifnya.

  • Berikan label pada emosinya

Bantu anak memberi nama pada emosi negatif yang ia rasakan, serta mengenali sensasi dan impuls yang menyertainya. Misalnya, “Kamu jadi kesal karena mama suruh tidur siang?”, “Kamu marah diminta berhenti main, ya?”, “Lalu rasanya ingin menangis, ya?”, dan seterusnya.

Jika dilakukan dengan tepat, biasanya pada pertanyaan ketiga atau keempat, emosi negatif anak akan mereda.

  • Tunjukan empati

Orangtua bisa mengatakan, “Iya, ya. Kalau sedang asyik main disuruh berhenti pasti kesal. Mama bisa paham itu. Mama pun kalau lagi fokus bekerja, terus disuruh berhenti, mama bakal kesal.”

Pada akhirnya, yang kita harapkan adalah anak mampu merespon realitas meski tidak sesuai dengan keinginannya. Untuk itu, berikan dorongan agar ia bisa mengerjakannya dengan gembira.




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting