Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

AKHIRNYA, perempuan tangguh itu pun terkapar, berminggu-minggu lamanya.

Kendati lagi tumbang akibat deraan penyakit, ternyata kecantikan dirinya tidaklah pupus. Dan semoga saja keindahan batin juga menjadi sesuatu yang dapat dipetik olehnya di masa-masa sakit.

Ada yang tidak mampu dipungkiri oleh semangat yang membara sekalipun, yakni tubuh manusia memang punya keterbatasan; tubuh butuh recovery, butuh istirahat dan ada masanya pula butuh pengobatan.

Intinya, tubuh juga butuh perhatian. Maaf kata, mesin saja yang terdiri dari besi baja bisa meletus jika dipakai terus menerus, apalagi tubuh manusia yang hanya tersusun dari tulang dan daging belaka.  

Uniknya pula, Islam punya perspektif positif tentang masa-masa sakit yang berat itu. Sehingga, tidak terkecuali manusia suci sekaliber para nabi pun dihinggapi penyakit, yang mana mereka bisa menjalani masa-masa sakit itu berbilang tahun lamanya.

Di masa-masa sakit tubuh terasa amat lemah lunglai, tetapi ada suatu hal terpenting yang tidak boleh ikut melemah, yakni keimanan. Justru sakit itulah yang hendaknya menjadi momentum memperkuat amunisi menambah kekuatan iman. Siapapun yang mampu menyibak rahasia ini, niscaya tidak ada lagi yang dicemaskannya selama menjalani masa sakit.

KH. Ali Yafie dalam buku Sakit Menguatkan Iman (1997: 11-14) menguraikan kiat menguatkan iman ketika sakit:

Pertama, berbaik sangka kepada Allah

Termasuk berbaik sangka bagi si sakit, dengan berharap bahwa musibah yang menimpanya merupakan pendahuluan dari kebaikan yang akan dianugerahkan Allah kepadanya, sebagaimana tercantum dalam hadis: “Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya, maka ia akan diberi cobaan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, bersabar

Sabar adalah menahan diri dan membawanya ke arah yang dituntut syara' serta menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan.

Dalam sebuah hadis Qudsi Allah Swt. berfirman: “Jika Kubebankan kemalangan-kemalangan untuk salah seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari Kiamat atau membukakan buku catatan amal baginya.” (HR. al-Qudha’i, ad-Dailami dan Tirmidzi)

Kesabaran terhadap musibah ini ternyata membuahkan hasil yang menakjubkan, yakni kemudahan menghadapi hisab di Hari Akhir.

Ketiga, banyak bersyukur kepada Allah

Bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk bertobat dan membersihkan diri. Terkadang cobaan yang menimpa kita semata-mata pertanda rasa cinta dan kasih sayang Allah Swt. kepada hamba-Nya, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadis: “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka ditimpakannya cobaan pada kaum itu.” (HR. Bukhari)

Keempat, memperbanyak istigfar dan menghisab diri sendiri

Aktivitas istigfar dan muhasabah diperbanyak dikala sakit. Dengan menyadari segala kelemahan dan kekurangan kita sebagai hamba Allah, insyaallah akan mendekatkan hati kita kepada Allah serta menjadikan ibadah dan doa kita lebih khusyu. Kondisi ini akan lebih mengantarkan kita pada ketenangan batin dan berimplikasi pada jasmani.

Umar bin Khattab dalam pesannya yang masyhur mengingatkan, “Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu nanti dihisab.”

Kelima, tawakal kepada Allah

Tawakal adalah perpaduan antara sabar, doa dan ikhtiar yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan syara'. Allah telah menjanjikan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Karena itu, berikhtiarlah sesuai dengan tuntutan syara'. Janganlah berobat dengan cara atau barang yang diharamkan. Perbanyaklah doa dan ikhtiar serta bersabarlah hingga Allah berkenan memberikan kesembuhan.

Sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dan menjadikan untuk kalian bahwa setiap penyakit ada obatnya. Karena itu, berobatlah, tetapi jangan berobat dengan barang haram.” (HR. Abu Daud)

Demikianlah hal-hal yang amat berguna dalam meningkatan mutu iman ketika sedang dirundung sakit. Apabila langkah-langkah ini dapat diamalkan, maka sakit tidak lagi menjadi beban derita.
Supaya lebih lengkap, perlu pula diamalkan doa ketika lagi sakit. KH. Ali Yafie (1997: 11-14) menerangkan:

Di antara doa yang diajarkan Rasulullah dalam pengobatan adalah sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah: “Ya Allah, Tuhan manusia. Lenyapkanlah penderitaan dan sembuhkanlah karena Engkaulah yang dapat menyembuhkan. Tak ada penyembuhan kecuali penyembuhan-Mu, yakni penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lagi."

Dengan mengamalkan hal-hal di atas, insyallah sakit kita bukan lagi menjadi kesia-siaan. Malahan sakit ini mengantarkan kita kepada kekuatan iman.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur