KOMENTAR

KEBERADAAAN pengawal bukanlah barang baru, jadi tidak ada pula sebetulnya yang perlu digusarkan. Kehadiran pengawal memang dibutuhkan pada situasi dan kondisi tertentu, terlebih lagi yang berhubungan dengan faktor kenyamanan dan apalagi keamanan.

Namun, ceritanya akan jadi heboh kalau yang terjadi episode yang tidak pantas. Cerita-cerita kurang sedap ini sebaiknya diantisipasi jauh-jauh hari, supaya tidak menyisaka luka dan airmata di kemudian hari.

Nabi Muhammad pun disebut-sebut memiliki pengawal, yang di antaranya bernama Zubair bin Awwam, seorang pemuda yang tangguh lahir batin, sosok pengawal yang menjadi impian banyak orang.

Sanjungan terhadap Zubair diberikan langsung oleh Rasulullah sebagai apresiasi terhadap kinerjanya yang mumpuni. Imam As-Suyuthi pada buku Asbabul Wurud: Sebab-sebab Munculnya Hadits Nabi (2021: 232) menerangkan:

Diriwayatkan oleh Ahmad, dari Ali, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Setiap nabi memiliki pengikut setia, dan pengikut setiaku adalah Zubair.” (HR. Ahmad)

Kutipan ini menyebutkan kelebihan Zubair, yaitu kesetiaan dirinya. Dia tidak pernah mengecewakan Nabi Muhammad, karena dirinya mampu menjaga kesetiaan bersemayam di hatinya. Alih-alih berkhianat kepada Rasulullah atau keluarganya, malah Zubair rela berkorban jiwa raga.

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Rasulullah saw. (2017: 253) menerangkan:

Meskipun Zubair adalah pemuda terhormat di tengah kaumnya, hal itu tidak lantas membuatnya lepas dari upaya penindasan dan siksaan kaum Quraisy. Orang yang memimpin penyiksaan atas Zubair adalah pamannya sendiri. Sang paman mengikat Zubair di dalam tikar lalu diuapi dengan api agar tidak bisa bernapas.

Sang paman menyeru Zubair yang merasakan pedihnya siksaan, “Kufurlah terhadap Tuhan Muhammad, niscaya aku hentikan siksaan ini darimu!”

Dan siapa sangka, Zubair yang masih seorang remaja belia lebih memilih setia dalam keimanan dan dengan tabah melalui siksaan tersebut.

Peran pengawal Rasulullah yang kemudian hari dijalani oleh Zubair memang wajar berjalan sukses, sebab sejak remaja dirinya sudah ditempa dengan siksaan yang berat. Tempaan ini bukan hanya berkaitan dengan fisik belaka, melainkan mentalitasnya yang demikian tangguh, sehingga dengan deraan siksa yang pedih tidak membuat kesetiaannya terhadap Islam goyah.

Kesetiaan yang demikian menakjubkan dipersembahkan pula oleh Zubair selama mengawal Rasulullah, karena kawalan pemuda itu tidaklah tanggung-tanggung melainkan berlangsung di tengah kecamuk peperangan. Dia senantiasa setia menjadikan sekujur tubuhnya sebagai tameng Nabi Muhammad dari incaran senjata tajam musuh-musuh.

Khalid Muhammad Khalid (2017: 253) menceritakan:

Banyaknya bekas luka tusukan yang mengenai tubuhnya dan masih membekas sesudah luka itu sembuh merupakan tanda yang menjadi bukti akan keberanian dan kebesaran Zubair.

Sang sahabat bercerita: aku menemani Zubair bin Awwam dalam sebuah perjalanan. Aku melihat tubuhnya dan kulihat tubuh itu penuh dengan luka karena pedang. Demikian juga di dadanya terdapat banyak bekas tusukan dan lontaran panah yang dalam layaknya mata yang cekung.

Aku bertanya kepadanya, “Demi Allah, pada tubuhmu aku melihat sesuatu yang tidak pernah kulihat pada seorang pun.”

Zubair menjawab, “Demi Allah, tidak ada satu pun luka yang tidak terjadi bersama Rasulullah saat perang di jalan Allah.”

Betapa hebatnya pengawal Rasulullah ini, baktinya terlihat dari banyak bekas luka yang menghiasi sekujur tubuh. Kita dapat membayangkan seperti apakah perjuangan dirinya mengawal Nabi Muhammad, terlebih lagi pengawalan itu dilakukannya pada kondisi-kondisi teramat kritis.

Nah, lantas siapakah sebenarnya Zubair bin Awwam ini?

Ibnu Al-Jauzi pada Ensiklopedia Sahabat (2005: 232) menguraikan:

Dia adalah Abu Abdillah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw. Dia adalah seorang laki-laki berperawakan tinggi dan berkulit putih. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa perawakan Zubar tidak termasuk sangat tinggi dan juga tidak tergolong pendek. Dia bukan termasuk orang yang berbadan gemuk.

Dari postur tubuhnya Zubair memang punya modal sebagai pengawal andalan Rasulullah. Selain itu, dirinya memiliki hubungan kekeluargaan dengan Nabi Muhammad, di mana ibu Zubair merupakan bibi Rasulullah saw. Kekerabatan ini yang membuat dirinya menjadi lebih bertanggung jawab dalam mengawal.

Zubair menikahi Asma binti Abu Bakar, yang tak lain adalah kakak dari istri Rasulullah, yakni Aisyah.

Kendati ada hubungan kekerabatan tetapi Zubair pandai menjaga jarak aman dengan istri Rasulullah, sehingga menghindarkan dirinya dari fitnah dan membuatnya tetap profesional dalam mengawal Nabi Muhammad.




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur