GERAKAN #akuberdaya yang diluncurkan pada 24 September 2021 berkomitmen untuk melejitkan keberdayaan satu juta perempuan Indonesia melalui webinar dan workshop seputar keluarga, profesi, dan sosial selama 52 minggu. Peluncuran Gerakan #akuberdaya ditandai dengan pencanangan oleh Menteri KPPA Bintang Puspayoga di Langham Hotel, Jakarta Selatan.
Gerakan #akuberdaya yang menegaskan keberdayaan perempuan ini diinisiasi oleh Nina Septiana, desainer brand NINA NUGROHO sekaligus CEO PT Nina Nugroho International, yang dalam pelaksanaannya berkolaborasi dengan asosiasi trainer nasional Tempa Trainers Guild (TTG).
Dalam webinar Gerakan #akuberdaya bertajuk “Dare to Good, Pribadi Berkelas Memperlakukan Diri Sendiri dan Orang Lain dengan Penuh Penghargaan” baru-baru ini, Muhammad Supriadi, Personal Power Specialist dari TTG menjelaskan tentang pentingnya sikap rendah hati, terutama bagi pelaku bisnis.
Menurut Supriadi, sikap rendah hati sangat berkaitan dengan kesabaran, jauh dari kesombongan, serta kesadaran akan keterbatasan kemampuan diri. Sikap rendah hati ini sangat diperlukan oleh seorang pengusaha, agar saat terjadi sesuatu yang bisa menghancurkan bisnisnya, dia akan mampu meresponsnya secara positif.
Penulis buku Two Win Heart ini mencontohkan sosok pedagang nasi megono yang kerap dia temui saat olahraga pagi di sekitar tempat tinggalnya. Pakde Yono, begitu Supriadi menyapanya, bukan seorang pedagang kebanyakan.
“Saya kenal Pakde Yono karena tempat mangkal gerobaknya kerap saya lalui. Saya suka sarapan nasi megono di sana. Tak jauh dari pangkalan Pakde, tiba-tiba ada orang yang berjualan produk yang sama. Saya tanya, Pakde apa enggak marah ada pesaing?” kisah Supriadi.
Di luar dugaan, ini jawaban Pakde Yono.
“Dia jawab, biar saja, Pak. Pedagang itu juga punya anak istri. Biarkan nanti orang-orang yang menilai. Kalau mereka suka taste masakan yang dia (Pakde Yono) jual, pasti mereka akan bertahan. Saya terharu mendengarnya,” lanjut Supriadi.
Ternyata, seiring waktu, pembeli nasi megono Pakde Yono justru makin ramai. Bahkan lebih ramai dibandingkan sebelum ada pesaing.
Menurut Supriadi, semua kejadian yang kita alami merupakan impact dari apa yang kita ciptakan.
“Pakde Yono mengajarkan pada kita bagaimana merespons setiap kejadian secara positif sehingga (apa yang terjadi) akan meng-empower dirinya. Sikap baik Pakde ini adalah wujud kerendahan hati, hingga dia kemudian menjadi orang yang bijaksana,” papar Supriadi.
“Kita meniru cara Pakde Yono merespons kejadian yang mungkin dapat membunuh bisnisnya. Dia ternyata memilih respons yang memberdayakan dirinya.”
Terkait pemberdayaan diri, Supriadi bertanya kepada para audience webinar.
“Bayangkan diri Anda dalam 5 tahun yang akan datang. Kalau ditanyakan hal ini, imajinasi apa yang muncul dalam benak Anda?” ujar Supriadi, serius.
Namun hanya beberapa orang yang berani menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut Supriadi, orang yang tidak mendesain kehidupannya di masa depan, dapat dikatakan sebagai orang yang jahat terhadap diri sendiri.
“Anda biarkan hidup Anda seperti daun kering yang dibawa air. Tersangkut ke sana kemari. Melihat orang sukses kepengen, melihat orang punya sesuatu kepengen.”
“Sebetulnya Anda menjalani hidup Anda, atau jangan-jangan Anda sedang menjalani hidup orang lain? Saya sebelum pensiun mengimajinasikan ingin punya ruko, perusahaan, dan kontrakan. Mimpi itu saya imajinasikan dengan sangat liar,” paparnya.
Supriadi lalu memberi rumus sederhana untuk menyusun rencana masa depan dengan sebuah kata yaitu SMART, yang meliputi:
1# Spesific (Spesifik, Khusus)
Menciptakan mimpi yang spesifik, seperti memiliki rumah 2 lantai dengan 5 kamar berkamar mandi di dalam, bercat putih. Mimpi spesifik seperti ini mudah diterjemahkan oleh otak, ketimbang sekedar mimpi menulis buku dan bermanfaat untuk orang lain. Mimpi seperti ini sangat abstrak dan umum hingga tidak bisa diterjemahkan oleh otak.
KOMENTAR ANDA