KOMENTAR

KALAU memang demi menyambut Ramadan, mengapa kemeriahan itu dimulai sejak Rajab, yang sesudahnya Sya’ban, alias dua bulan menjelang bulan suci? Apa yang membuatnya demikian gempita?

Namun, demikianlah agama menyemangati umatnya dalam ibadah, menggelorakan penganutnya dalam kebaikan. Ramadan adalah bulan suci, yang auranya telah memancar jauh-jauh hari.

Apabila kita turut berbahagia dengan datangnya bulan Rajab, maka itu pertanda kita mengikuti jejak syiar, yang insyallah akan mendatangkan kebaikan yang berlimpah.

Dan ada sejumlah perkara yang perlu kita pahami dalam menyambut bulan Rajab, di antaranya:

Pertama, memulai dengan doa kebajikan.

Demi menyambut Rajab penuh suka cita, marilah kita memulainya dengan kekuatan hati. Dan ada doa khusus bagi Rajab lho!

“Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan.”

Kini doa ini bergema dimana-mana, bahkan dikumandangkan berkali-kali di pengeras suara masjid. Siapapun bebas berdoa yang baik-baik kepada Tuhannya. Apalagi doa di atas mengandung kesyahduan, tentang gelora rindu yang suci kepada Ramadan.

Doa itu lebih lengkapnya terdapat pada buku Doa & Amalan di Bulan Rajab, Sya’ban & Ramadhan (2005: 30-31):

“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan. Perhatikanlah kami dalam puasa dan shalat kami, jagalah lisan kami serta tundukkanlah pandangan kami.”

Kedua, mempersiapkan bulan suci.

Selain kegembiraan menyambut Ramadan, Rajab juga ajang untuk melatih diri demi maksimalnya pencapaian di bulan suci. Latihan itu dapat berupa dengan melakukan puasa-puasa sunnah. Dengan demikian kondisi kita sudah siap dua bulan sebelum Ramadan.

Berkat kemeriahan Rajab pula orang-orang teringat untuk segera mengganti puasa Ramadan tahun sebelumnya, yang dulu puasanya tidak terlaksana karena berbagai macam halangan. Oleh sebab itu, dengan adanya gempita Rajab hendaknya membuat kita terdorong segera melunasi kewajiban itu.  

Ketiga, demi syiar agama nan gempita.

Dalam agama diperlukan syiar, yang dikenal juga dengan sebutan dakwah. Kemeriahan menyambut Rajab, dengan berbagai kegiatan bermanfaat, merupakan bentuk syiar yang menyejukkan hati. Di mana umat Islam secara bersama-sama menampilkan wajah sejuk dari agama mulia ini.

Mengapa wajah sejuk?  

Karena selama kemeriahan Rajab ini, yang kita optimalkan hanyalah amalan-amalan kebajikan, memperbanyak puasa sunnah, zikir, tilawah Al-Qur’an, sedekah dan amal-amal lainnya.

Rajab adalah gerbang penting, yang akan membukakan kesiapan kita dalam melalui bulan suci. Keberhasilan mempersiapkan diri di bulan Rajab, akan berpengaruh besar dalam kesuksesan Ramadan.

Misalnya, apabila sejak Rajab kita melatih diri berpuasa sunnah, niscaya tubuh kita tidak akan kaget-kaget amat berpuasa Ramadan yang wajib hukumnya. Ibarat balap mobil, mesin telah dipanaskan dua bulan sebelum kompetisi, dan kita pun benar-benar siap di Ramadan.

Akibat telah terlatih berpuasa sunnah, kita paham kapan baiknya jadwal makan sahur dan menu apa yang tepat menyertainya di saat Ramadan. Ada orang yang selama puasa sunnah Senin Kamis di bulan Rajab, akhirnya memahami dirinya memerlukan menu berkuah saat sahur seperti soto, sop dan lainnya.

Sehingga di masa berpuasa Ramadan dirinya dapat menyelenggarakan sahur dengan baik berkat pengalaman sebelumnya. Ini hanya satu contoh saja! Begitu banyak manfaat dari persiapan yang matang.

Bagaimana kalau kita tidak mempersiapkan diri semenjak Rajab? Tanpa persiapan kita tidak mungkin mengharapkan hasil yang maksimal. Tanpa perbekalan yang memadai, sulit mengharapkan dapat membawa hasil yang memuaskan.

Ada dua orang yang sama-sama berlayar ke tengah lautan. Seseorang yang tanpa persiapan yang memadai akan pulang dari melaut dengan membawa cerita saja. Ia akan mengumbar pengalaman belaka dihantam gelombang.

Lain halnya dengan orang yang mempersiapkan diri dengan matang. Dia membawa peralatan menyelam dan telah melatih diri dari sebelumnya. Sehingga begitu berlayar ke tengah lautan, dia langsung menyelam ke dasarnya dan membawa pulang mutiara yang indah dan berharga.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur