Skuad Garuda dipastikan melaju ke final Piala AFF 2020 setelah mengalahkan Singapura 4-2 pada laga semifinal kedua/ Net
Skuad Garuda dipastikan melaju ke final Piala AFF 2020 setelah mengalahkan Singapura 4-2 pada laga semifinal kedua/ Net
KOMENTAR

BIBIRNYA komat-kamit. Jari-jarinya bergerak teratur. Ya, anak muda itu sedang berzikir. Namun, zikir ini mendadak viral, kok bisa?

Begini. Lokasi zikirnya bukan di masjid, melainkan di sebuah lorong masuk menuju lapangan sepakbola. Dan yang lagi berzikir itu adalah kapten timnas sepakbola Indonesia, Asnawi Mangkualam.

The ASEAN Football Federation Championship atau akrab dengan sebutan Piala AFF mempertemukan negara-negara Asia Tenggara dalam pertandingan sepakbola penuh gengsi. Dan viralnya zikir seorang pemain sepakbola menjadi fenomena yang menarik.

Lho, kok berzikir saat akan bertanding sepakbola? Tidakkah sepakbola itu cuma permainan?

Benar, sepakbola hanyalah permainan.

Namun, bukankah Al-Qur’an menegaskan kehidupan dunia ini hanyalah permainan? Sebagaimana surat Muhammad ayat 36, yang artinya, “Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau.”

Ya, dunia ini bukanlah kehidupan yang hakiki, hanya disesaki oleh permainan hidup belaka. Maka beruntunglah orang-orang yang memahaminya, lalu mengisi gelombang hidupnya dengan pemaknaan yang elegan.

Lalu apa makna dari zikir?

Zikir itu berkhasiat menenangkan hati, menguatkan mental. Sebagaimana diterangkan oleh surat Ar-Ra'd ayat 28, yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan zikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenteram.”

Musthafa Dib Al-Bugha dalam buku Al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi (2007: 268) menyebutkan, saat berzikir, seseorang hendaknya menghadirkan hati (khusyuk) dan memahami makna kalimat-kalimat zikir semampunya (penuh penghayatan) agar dapat mendatangkan ketenangan hati dan memperbaiki akhlak.

Bagaimana dengan zikir pemain timnas Indonesia? Mari kita resapi dengan hati yang jernih!

Lawan yang dihadapi adalah Malaysia, yang memboyong pemain-pemain terbaik, yang di antaranya berpengalaman di level dunia. Jauh-jauh hari Malaysia amat diunggulkan, dan jauh-jauh hari pula timnas Indonesia diremehkan. Lho kok?

Wajar sih, karena timnas Indonesia justru mengirim pasukan muda belia yang tidak berpengalaman untuk berlaga di level senior. Saking mudanya, di antara pemain timnas Indonesia ada yang tergolong anak-anak ABG yang lagi puber, yang usia mereka berkisar 19 tahun, seperti Arhan Pratama, Ramai Rumakiek, hingga si ganteng, Elkan Baggot.

Dalam pertandingan itu, pemain Malaysia lebih dulu membobol gawang Indonesia, timnas Garuda ketinggalan satu gol.

Ajaibnya, mental luar biasa ditunjukkan oleh skuad Garuda yang berjuang spartan. Mental mereka teramat tenang, stabil dan positif thinking. Hasilnya, empat gol digelontorkan oleh pemain-pemain Indonesia ke gawang lawan.

Begitu meriah pendukung timnas merayakan kemenangan 4-1 itu, maklum kemenangan telak atas Malaysia eforianya melebihi meraih juara lho!

Dalam pertandingan, Asnawi dijegal, dan dia tidak emosi. Kapten timnas itu bangkit lagi, terus berlari dan gol! Stabilitas emosi macam beginilah yang langka selama ini dari pemain timnas yang doyan adu jotos di liga dalam negeri.

Drama yang berbahaya bagi keselamatan jantung kembali dipentaskan oleh timnas tatkala menghadapi Singapura di semifinal leg ke dua. Timnas sempat unggul satu gol, lalu disamakan 1-1, kemudian Indonesia malah tertinggal 1-2 oleh Singapura yang bertanding hanya dengan 9 orang, setelah dua pemainnya dikartu merah akibat bermain brutal.

Drama terus berlanjut karena di menit-menit penghujung sempat disamakan oleh timnas Indonesia, skor menjadi 2-2, dan hampir kita celaka dengan pinalti Singapura. Syukurnya, kiper Nadeo memperpanjang asa Indonesia tatkala berhasil menepis tendangan pinalti itu.

Mentalitas dan semangat juang dipertontonkan terus oleh timnas hingga di masa perpanjangan waktu. Akhirnya, timnas Indonesia berhasil meremukkan Singapura dengan skor 4-2.

Jangankan rakyat Indonesia, media-media asing pun tercengang dengan aksi spartan timnas Indonesia, lalu memuja setinggi langit keajaiban sang pelatih asal Korea Selatan. Shin Tae-yong ibarat pesulap, pemain-pemain teramat belia diraciknya menjadi tim yang demikian menakutkan, yang mampu berjuang habis-habisan seperti tak takut mati.

Shin Tae-yong memang pelatih hebat. Dahulu, ketika dirinya menjadi pelatih Korea Selatan di Piala Dunia, timnas Jerman yang demikian digdaya berhasil dijungkalkan 2-0.

Nah, bagaimana dengan judul tulisan ini? Sebetulnya zikir timnas yang berkah atau keajaiban Shin Tae-yong sih yang dahsyat?

Ah, tidak perlu dijawab di sini, sebab setiap kita berhak menemukan jawabannya sendiri-sendiri. Sebetulnya, membaca judul ibarat menyibak kabut, bahwa di balik permainan dunia ini, ada dimensi spiritual yang membedakan kualitas setiap insan.




Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Sebelumnya

Karena Rasulullah Tak Pernah Melupakan Kebaikan Orang Lain

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur