Dunia selalu berubah, namun ada yang tidak boleh berubah, yakni cinta kepada Allah. Kepada-Nya adalah tempat kembali kita, tentunya dengan segenap cinta/Net
Dunia selalu berubah, namun ada yang tidak boleh berubah, yakni cinta kepada Allah. Kepada-Nya adalah tempat kembali kita, tentunya dengan segenap cinta/Net
KOMENTAR

BANYAK sekali atau bahkan luar biasa perubahan yang dilakukan oleh manusia di dunia ini. Saking cepatnya, bahkan terkadang perubahan itu tak terduga oleh manusia itu sendiri. Dunia memang mestilah selalu berubah, dan perubahan itu menjadi dramatis berkat campur tangan manusia.

Ketajaman akal pikirannya membuat manusia mencetak rekor demi rekor di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat perubahan itu makin dahsyat.

Dahulu kala, ketika nenek moyang manusia masih tinggal di pohon-pohon, mereka berebutan tempat berlindung dengan nenek moyangnya bangsa burung. Namun, manusia membuat perubahan yang lebih dahsyat, dan meninggalkan kesederhanaan yang lama itu.

Tidak demikian halnya dengan kawanan binatang yang kehidupannya tidak berkembang. Tidak pernah toh kita mendengar ada burung yang membangun apartemen!

Dari semula manusia purba hidup di gua-gua berebutan tempat dengan beruang, kini manusia modern membangun gedung-gedung pencakar langit. Sedangkan beruang malah menjadi mainan manusia, ditangkar di kebun binatang. Dari semula beradaptasi dengan alam, kini manusia malah hendak menaklukkan alam semesta.

Siapa menyangka manusia milenial cukup bermain smartphone sambil berleyeh-leyeh di rumahnya lalu mengalirlah rupiah hingga dolar ke rekening. Begitu manisnya perubahan yang direkayasa tangan manusia, sehingga di antara mereka pun bertanya-tanya, inikah perubahan yang diharapkan?  

Teknologi terus membuat umat manusia semakin maju, makin terdepan. Namun, jangan salah, kalau ternyata peradaban manusia juga dapat bergerak mundur, apabila akal budinya tidak berfungsi dengan baik. Contohnya masyarakat jahiliyah yang getol menentang dakwah Nabi Muhammad.

Terkadang orang-orang mengira jahiliyah itu zamannya kebodohan. Nyatanya, di masa itu orang-orangnya malah pintar-pintar. Mereka menguasai perdagangan Yaman hingga Syam, sastra maju pesat, kerajinan tangan juga mengagumkan, bahkan menguasai astronomi pula dan lain-lain.

Abuddin Nata pada buku Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an mengungkapkan, hal ini diisyaratkan oleh informasi sejarah yang menyebutkan bangsa Arab pada masa itu sebagai masyarakat jahiliyah, yaitu bukan masyarakat yang bodoh dalam arti tidak memiliki pengetahuan dan kebudayaan, melainkan masyarakat yang lebih memperturutkan hawa nafsunya yang buruk.

Mari buka lagi buku-buku sejarah, tentang negeri-negeri yang teramat maju peradabannya, begitu pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi kemudian malah hancur lebur. Intinya, janganlah mau ditipu oleh dunia, apalagi sampai jatuh cinta kepadanya. Kalau tidak risikonya amatlah berbahaya, bisa-bisa kita terperosok dalam kejahiliyahan.

Segala kemudahan dan gemerlap dunia ini tidak boleh membuat kita jatuh cinta padanya. Karena dunia ini tidak layak untuk dicintai, dunia hanyalah sementara, sekadar persinggahan saja.

Dan ingatlah pesan Nabi Muhammad peringatan tentang suatu penyakit yang berbahaya, yaitu wahn.
Yusuf Qardhawi dalam buku Fiqih Jihad menerangkan, ada seseorang bertanya, “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?”

Rasulullah Saw. menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” Rasulullah Saw. menerangkan bahwa penyebab utama wahn dan kelemahan umat Islam adalah jiwa serta akhlak, yaitu cinta dunia dan benci mati.

Maka, temukanlah cinta sejati yang tidak akan membuat kita takut mati atau takut meninggalkan dunia.

Dunia selalu berubah, namun ada yang tidak boleh berubah, yakni cinta kepada Allah. Kepada-Nya adalah tempat kembali kita, tentunya dengan segenap cinta.     

Hanya dengan cinta Ilahi kita dapat memproteksi diri dari buruknya memperturutkan nafsu. Imam Al-Ghazali dalam buku The True Power of Love Kitab Para Pencinta Allah menyebutkan, pada hakikatnya, tiada yang dicintai oleh orang yang memiliki mata hati kecuali Tuhan semata. Tiada yang berhak untuk dicintai selain Tuhan.

Mari buka mata hati kita lebar-lebar, agar pandangan kita mampu melampaui dunia yang fana ini.  




Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Sebelumnya

Karena Rasulullah Tak Pernah Melupakan Kebaikan Orang Lain

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur