Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PEMBATASAN aktivitas selama pandemi Covid-19, membuat banyak masyarakat terlena. Sebagian besar menganggapnya sebagai waktu untuk beristirahat.

Menjadi salah kaprah saat semua dilakukan seenaknya. Makan sambil tiduran, bahkan mengerjakan tugas kantor pun dengan posisi rebahan.

Padahal, rebahan terlalu lama bisa menyebabkan otot-otot menjadi lemah. Lebih parahnya, akan terjadi atrofi otot yaitu menyusur atau menghilangnya massa otot pada tubuh. Dan, sudah pasti rebahan dapat menyebabkan penimbunan lemak.

"Porsi makannya tetap, tapi rebahan terus. Itu yang bikin lemak menimbun, bisa di perut, ketiak, muka, leher, atau paha," kata dr Tirta Mandira Hudhi dalam sebuah channel YouTube.

“Porsi makannya tetap tapi rebahan terus, sehingga yang terjadi akan menimbulkan timbunan lemak. Bisa di perut, bisa di bawah ketiak, bisa di muka, leher, atau bisa jadi di paha” lanjutnya.

Konsekuensi terburuknya adalah obesitas, yang erat kaitannya dengan pemicu penyakit diabetes. Penyakit diabetes yang terlalu ekstrim berakibat pada penyembuhan luka yang terlalu lama.

Gula yang seharusnya bisa dilepas menjadi energi justru akan terikat pada sel dan dapat berakibat pada peradangan. Itulah mengapa penderita gula mudah haus, mudah lapar, dan sering buang air kecil.

Konsekuensi dari malas gerak (mager) adalah sakit jantung. Lemak yang menempel karena malasnya bergerak akan menjadi plak di pembuluh darah. Dikenal dengan sebutan atherosclerosis, yaitu penempelan lemak pada saluran arteri.

Lemak-lemak tersebut akan membuat pembuluh darah menyempit dan tekanan darah akan tinggi dan terjadi infal lantaran tidak mendapat oksigen. Jika gumpalan itu ada di kepala, maka dapat mengakibatkan stroke ischemic. Bila di jantung, maka akan menyebabkan nyeri (cardiac arrest rise).

Berbahaya jika timbunan lemak tersebut ada di paru-paru, karena dapat berakibat pada kematian.

Selanjutnya, konsekuensi dari rebahan terlalu lama adalah atrofi otot. Di sini, otot akan mengecil, sehinga memudahkan seseorang cepat lelah.

Untuk mengecek apakah telah terjadi atrofi otot, maka lakukan cek up rutin setahun sekali. Lakukan pengecekan pada tekanan darah (normal 120/80). Cek juga gula darah sewaktu dan saat puasa, kolesterol. Periksa pula lingkar pinggang, berat serta tinggi badan.

"Solusinya, tetap lakukan aktivitas ringan di rumah dan hindari makanan yang dapat mempercepat proses penimbunan lemak, makanan yang proses memasaknya dibakar," ujar dr Tirta.

 




Kemenkes Sosialisasikan Pertolongan Pertama pada Pasien Demam Berdarah

Sebelumnya

Benarkah Cuaca Panas Ekstrem Berbahaya Bagi Penderita Diabetes?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health