Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

BAGAIMANA kita tidak banyak-banyak bersyukur memeluk Islam yang luar biasa indahnya ini. Tidak ada kondisi yang benar-benar buruk apabila kita melihat dari perspektif agama kaffah ini.

Tak terkecuali masa-masa sakit yang disebut-sebut oleh kebanyakan orang sebagai keadaan yang buruk atau penuh derita. Akan tetapi Islam memberikan cakrawala pandang yang luar biasa menakjubkan.

Barangkali hanya Islam satu-satunya agama di dunia ini yang menyebut sakit itu ada nilai positifnya, sebagai penggugur dosa malah! Kurang hebat apa coba?

Mungkin ada saja pihak yang heran atau pun ragu, akan tetapi Rasulullah tetap mengingatkan perihal ganjaran yang besar ini.

Suatu hari Nabi Muhammad menjenguk seseorang yang lagi terbaring sakit. Lelaki itu berasal dari daerah pedalaman Arab, yang dikenal dengan sebutan Badui. Di hadapannya Rasul memanjatkan doa, “Semoga tidak mengapa, semoga sakitmu menghapuskan dosa-dosamu, insya Allah.”

Lelaki yang sakit itu terheran-heran dan berkata, “Menghapuskan dosa-dosa? Tidak akan. Ini hanya demam biasa yang menimpa orang yang sudah tua, yang akan mengantar ke liang lahat.”

Maka Nabi Muhammad bersabda, “Ia benar-benar menghapus dosa kalau begitu.” (HR. Bukhari)  

Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub dalam buku Ringkasan Kitab Adab menerangkan, jika sembuh dari penyakitnya dia akan mendapatkan dua keuntungan. Jika tidak, dia akan memperoleh keuntungan dihapuskan segala dosa. Penyakit akan mensucikannya. Orang yang sedang sakit sebaiknya menerima doa orang-orang yang menjenguknya. Dan jangan marah dengan doa yang mereka ucapkan baginya seperti, semoga penyakit kamu menghapus dosa-dosamu.

Apabila orang yang sakit pulih sehat kembali, maka dirinya memperoleh dua keuntungan, yakni kesembuhan dan gugurnya dosa. Kalaupun penyakit itu mengantarnya kepada ajal, maka dirinya meninggal dunia dalam kondisi dosa-dosa yang terhapuskan. Dengan demikian, dalam dimensi kehidupan muslim sejati, tidak ada kondisi yang buruk, sekalipun itu adalah sakit.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam buku Uddatush Shabirin, Bekal Untuk Orang-orang yang Sabar menyebutkan, Hasan Al-Bashri berkata, sakit bukanlah sesuatu yang paling buruk dalam hari-hari seorang muslim; hari-hari sakit itu adalah hari-hari yang menerangi tahapan kehidupannya; hari-hari dia diingatkan pada kematiannya; dan hari-hari dihapuskan dosa-dosanya.   

Hendaknya kita benar-benar memaksimalkan anugrah menakjubkan ini. Berhentilah menyesali apalagi mengutuki penyakit yang menggerogoti. Lihatlah dimensi yang positif, di antaranya:

Pertama, silaturahmi kian erat. Dari kerabat, kolega, teman, sahabat, tetangga dan lain sebagainya yang terus berdatangan. Unik ya! Di masa sehat yang panjang sebelumnya, kita malah kehilangan kesempatan bersilaturahmi, apalagi alasannya kalau bukan kesibukan. Eh, malah sakit yang menghadirkan silaturahmi dalam rupa nan elok.

Kedua, selain punya waktu mendoakan diri sendiri, kita juga memperoleh limpahan doa dari banyak orang. Tentunya peluang ini tak boleh disia-siakan, maka jangan lupa meminta doa dari mereka yang membezuk.

Ketiga, punya kesempatan meresapi hakikat syukur. Ternyata kita mengetahui nikmat sehat justru tatkala sakit merundung badan. Tanpa kehadiran sakit, betapa banyak kita melupakan nikmat sehat yang mesti disyukuri itu.

Nah, bukan hanya terbatas pada aspek-aspek di atas, tak kalah penting diketahui adalah sakit yang mengugurkan dosa. Poin ini penting sekali diperhatikan, mengingat kita ini tergolong makhluk Tuhan yang banyak berbuat dosa, baik itu sengaja atau pun tidak.

Pertanyaannya, apakah semua sakit itu otomatis menggugurkan dosa?

Menarik disimak hadis yang dikutip Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam buku Uddatush Shabirin:
Rasulullah bersabda, “Apabila Allah telah menentukan bagi hamba-Nya suatu kedudukan yang tidak bisa dia raih dengan amalnya, maka Allah mengujinya pada raganya, atau pada anaknya, atau pada hartanya. Kemudian, Allah membuatnya bersabar hingga dia mencapai kedudukan yang telah ditentukan oleh Allah baginya itu."

Sabar adalah kuncinya. Jika mampu sabar melalui sakit, insya Allah berguguranlah dosa-dosa itu.
 




Mematahkan Mitos Menikah di Bulan Syawal

Sebelumnya

Menyibak Rahasia Syawal

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur