Bahkan cukup dengan mencintai karena Allah, maka kita akan mendapat kemuliaan di akhirat/ Net
Bahkan cukup dengan mencintai karena Allah, maka kita akan mendapat kemuliaan di akhirat/ Net
KOMENTAR

ADA yang menyebut cemburu itu sebagai tandanya cinta. Kalau tidak ada cinta, buat apalah cemburu itu dikobarkan. Benarkah demikian?

Dan janganlah kita terjebak mengira cemburu hanya dalam relasi hubungan suami istri, atau hanya lelaki dan perempuan saja. Dan akan lebih berharga apabila cemburu itu tidak dikonotasikan negatif belaka, sebab cemburu itu juga ada positifnya, syukur-syukur dapat dipandang sebagai cinta.

Cemburu itu netral-netral saja pada dasarnya. Namun cemburu itu menjadi negatif atau positif, tergantung kita sebagai subjeknya. Jadi, berhati-hatilah dalam menempatkan cemburu, terlebih cemburu itu akan cukup sering kita alami.

Bukan hanya di dunia, bahkan cemburu itu dapat berlanjut pada kehidupan akhirat. Bagaimana bisa ya?

Sejak di alam kubur kita bisa cemburu lho! Karena ada orang-orang yang ditemani oleh sosok yang menyenangkan. Si mayit tidak sendirian, sebab ada amal saleh dalam rupa yang bagus menemaninya selama melalui fase alam kubur.

Maka cemburulah orang-orang yang di dalam kubur malah ditemani oleh makhluk menyeramkan, yang tak lain merupakan jelmaan dari amal buruknya selama di dunia.

Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali dalam buku Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 4 menyebutkan, dari Anas, dari Rasulullah, beliau bersabda, “Yang mengikuti mayit itu ada tiga hal; keluarga, harta benda dan amal perbuatannya. Kemudian dua di antaranya kembali pulang, dan hanya satu yang tetap ikut bersamanya. Keluarga dan harta bendanya kembali pulang, sedang amal perbuatannya tetap berada bersamanya. (Muttafaq ‘alaih)

Di Padang Mahsyar kelak, tepatnya di hadapan mahkamah Tuhan atau Yaumul Hisab, kita akan cemburu melihat betapa cepatnya hisab (perhitungan) bagi segolongan manusia. Ternyata amal-amal saleh selama di dunia yang dengan cepat memberatkan timbangan kebaikan mereka di akhirat.

Maka cemburulah mereka yang hisab (perhitungan) amatlah lama. Malangnya mereka ini satu per satu kejahatannya di dunia ini dipertontonkan di hadapan lautan manusia, yang membuat mukanya menghitam dikarenakan malu.

Di sini dapat kita lihat, rupanya amal-amal saleh itulah yang menjadi pembeda di akhirat, yang akan membuat cemburu mereka yang menyia-nyiakan kehidupan di dunia tanpa amal yang berarti. Padahal setiap insan punya kesempatan yang sama untuk banyak beramal di dunia ini.

Amal itu tidak berat-berat amat, bahkan cukup dengan mencintai karena Allah, maka kita akan mendapat kemuliaan di akhirat.

Mahir Ahmad Ash-Syufiy dalam buku Perhitungan Amal mengutip, diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan berkata pada hari kiamat, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai dengan keagungan-Ku? Hari ini, Aku akan menaunginya dengan naungan-Ku pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim)

Di Padang Mahsyar kelak, ada yang mendapatkan naungan Ilahi, ternyata amalan mereka terdahulu adalah mencintai dengan tulus karena Allah. Cinta saja dapat menjadi amalan hati yang membuat banyak orang cemburu di akhirat lho!

Begitu pun ketika hendak menyeberang ke surga dengan melalui titian shirath. Betapa lancar, mulus dan cepatnya orang-orang yang dibantu oleh amal-amal salehnya. Sehingga cemburulah mereka yang baru saja menyeberang, tapi langsung berjatuhan ke jurang neraka, terseret oleh amal-amal jahatnya di dunia ini.

Akhirnya, kecemburuan itu berlangsung antara penghuni surga dan neraka. Betapa luar biasa kenikmatan yang diraih oleh penghuni surga berkat amal-amal kebajikannya. Siapa yang tidak cemburu, apalagi bagi mereka yang melihatnya dari neraka yang menyala-nyala.

Nah, bagaimana percakapan antara penghuni surga dan neraka?

Surah Al-A’raf ayat 44, yang artinya, “Dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, ‘Sungguh, kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?’ Mereka menjawab, ‘Benar.”

Mudah-mudahan kita terhindar dari cemburu yang sia-sia, cemburu yang justru menghadirkan sayatan-sayatan penyesalan hingga ke negeri akhirat.
 




Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Sebelumnya

Ya Allah, Aku Belum Pernah Kecewa dalam Berdoa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur