Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

BANYAK orang yang hingga satu tahun pandemi berlalu belum pernah terpapar Covid-19. Kenyataan tersebut seharusnya disyukuri tanpa menjadi sombong dan mengabaikan protokol kesehatan.

Mengapa kita harus selalu waspada?

Karena pandemi belum usai dan herd immunity yang masih belum tercipta, tidak ada alasan bagi kita mengendurkan pelaksanaan 5M; mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi keramaian, dan mengurangi mobilitas.

Dalam pandemi, siapa pun dapat tertular Covid-19. Kita tidak boleh lengah karena virus tidak pernah lelah menginfeksi.

Ada satu pemikiran yang salah dalam menyikapi pandemi yang disebut hot hand logical fallacy, yaitu kesesatan berpikir yang meyakini bahwa kesempatan kita tertular Covid-19 semakin kecil karena pandemi sudah berjalan selama 12 bulan lebih tapi kita belum pernah tertular.

Melansir akun Instagram @pandemictalks yang diinisiasi dr. RA Adaninggar, SpPD (internist), Mutiara Anissa (biomedical scientist), dan Firdza Radiany (data analist), hot hand adalah sebuah keyakinan irasional yang justru dapat membahayakan diri kita.

Mengapa kita bisa memiliki pemikiran yang salah?

#1 Kita belum memahami konteks pandemi dari sisi epidemiologi, medis, dan sains.
#2 Mencari pembenaran dari kebetulan-kebetulan yang terjadi pada diri kita sendiri tanpa melibatkan data pandemi secara keseluruhan.
#3 Kita belum memahami konsep penularan dan infeksi Covid-19.

Bagaimana hot hand logical fallacy dapat membahayakan kita?

Pemikiran tersebut membuat kita merasa kebal dan berpeluang sangat kecil untuk tertular. Akibatnya sudah pasti kita akan menganggap remeh protokol kesehatan dan mengabaikannya.

Bahkan jika ditambah dengan mengonsumsi berbagai hoaks, kita bisa beranggapan bahwa Covid-19 adalah sebuah konspirasi yang direncanakan segelintir orang.

Karena itulah kita harus mencegah agar diri sendiri juga orang-orang di sekitar kita tidak memiliki pemikiran bias yang melahirkan berbagai asumsi berdasarkan pemikiran pribadi.

Pentingnya memahami arti SEHAT

Kita juga wajib memahami definisi sehat yang sebenarnya dan memahami proses penularan Covid-19, sekaligus harus menjadi insan yang mempunyai kecerdasan sosial.

Harus kita pahami bersama, arti sehat secara sains menurut WHO adalah keadaan sempurna (secara fisik, mental, dan sosial), tidak hanya terbebas dari penyakit atau cacat, sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal.

Adapun menurut UU Kesehatan, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial, yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis.

Jika sehat secara fisik (hanya) diartikan sebagai tidak merasakan sakit, hal itu menjadi subjektif. Beberapa penyakit seperti Covid-19, diabetes, dan hipertensi, dapat menunjukkan gejala yang tidak terlihat secara fisik (asimptomatik).

Apa penjelasan ilmiah di balik belum tertularnya kita meskipun tetap menjalankan aktivitas?

Infeksi Covid-19 dapat terjadi bila ada ketidakseimbangan pada segitiga epidemiologi, yaitu antara faktor inang, virus, dan lingkungan.

#Yang dimaksud inang adalah individu manusia yang dipengaruhi usia, daya tahan tubuh, penyakit komorbid, perilaku protokol kesehatan, pola hidup, dan seterusnya.
#Yang dimaksud virus adalah SARS-CoV-2 dengan faktor agen meliputi jumlah virus, virulensi, dan mutasi.
#Yang dimaksud lingkungan adalah faktor ekstrinsik termasuk sanitasi, kepadatan penduduk, tempat tinggal, dan mobilisasi.

Dalam keadaan normal, ketiga komponen pada segitiga akan berimbang. Kemungkinan tertular dapat berubah seiring waktu menyesuaikan dengan faktor inang, virus, dan lingkungan.

Ketika ketiga faktor segitiga epidemiologi seimbang, infeksi tidak akan terjadi. Virus siap menginfeksi kapan pun kita lengah.

Mungkinkah kita terinfeksi Covid-19 tanpa kita sadari?

Hal tersebut mungkin saja karena spektrum gejala pada infeksi Covid-19 sangat luas, tergantung pada interaksi antara inang, virus, dan lingkungan). Mulai dari tidak bergejala (asimptomatik), gejala sangat ringan (pseudosimptomatik), gejala ringan, gejala sedang, hingga gejala berat. Jika tidak dites, maka tidak akan terdiagnosis.




Kenali Arthritis alias Radang Sendi, Cegah dengan 4 Langkah Ini

Sebelumnya

5 Cara Cegah Sakit Saat Suhu Panas Melanda Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health