Ilustrasi rapid test/ Net
Ilustrasi rapid test/ Net
KOMENTAR

SELAMA masa pandemi ini, kita sudah cukup sering mendengar istilah PCR dan rapid Test. Dan belakangan, muncul istilah baru swab antigen, yang dipakai untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus Corona atau tidak.

Sudah banyak penjelasan mengenai istilah-istilah tersebut. Tapi tidak ada salahnya mengingatkan kembali mengenai swab antigen, rapid Test, dan PCR, serta keefektifannya.

1. Swab Antigen

Istilah ini paling baru. Yaitu penerapan uji Covid-19 dengan pengambilan sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Hampir mirip dengan tes usap atau PCR.

Dikutip dari Time, swan antigen bertujuan mencari protein yang terdapat di permukaan virus. Inilah yang membedakannya dengan PCR yang mencari material genetik pada virus Corona penyebab covid.

Mekanismenya tidak terlalu berat, dalam hal penggunaan bahan kimia, jika dibandingkan dengan PCR. Hasilnya pun lebih cepat keluar, namun menurut Dr Aneesh Mehta, hasilnya tidak terlalu sensitif.

Pimpinan layanan penyakit infeksi Emory University Hospital di Atlanta ini menjelaskan, swab antigen berisiko memberi hasil false negatif dan false positif. Risiko muncul jika Reagen salah mengenali protein covid atau justru melewatkannya. Reagen adalah ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit Covid-19.

Biasanya, dokter akan menyarankan pasien tetap melakukan PCR usai swab antigen. Apalagi pada pasien yang hasilnya negatif, tapi menunjukkan gejala atau berisiko terpapar virus.

2. Rapid Test

Berbeda dengan swab antigen, rapid tes justru dilakukan lewat pengambilan sampel darah pasien. Perlengkapan rapid akan mengenali protein antibodi dalam sampel.

Antibodi sendiri adalah protein yang dibentuk sebagai perlindungan tubuh saat terinfeksi virus Corona atau patogen lain. Artinya, rapid tes sebaiknya diterapkan pada yang pernah terinfeksi.

Akurasinya tentu saja sangat dipertanyakan, apalagi jika dilakukan tes pada mereka yang belum terjangkit. Sebab, setiap orang memberi respon antibodi yang berbeda ketika terinfeksi.

Bahkan menurut Dr Mehta, antibodi yang terdeteksi sebetulnya untuk virus secara umum, bukan spesifik Corona. Bahkan para ahli tidak bisa memastikan sampai kapan antibodi tersebut bisa melindungi masyarakat.

"Sebetulnya banyak informasi yang bisa diperoleh dengan melakukan rapid tes setiap waktu. Namun deteksi antibodi tidak berarti tubuh terlindungi sepenuhnya dari Covid-19. Tetap lakukan protokol.kesehatan seperti yang lain," saran dia.

3. Tes PCR

Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah mekanisme membaca kode genetik pada sampel untuk mengetahui keberadaan Covid-19. Tes ini merujuk pada Reserve Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

Dikenal juga dengan tes usap, karena mengambil sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Center for Disease Control and Prevention (CDC) menganggap PCR sebagai gold standard uji Covid-19.

Mekanismenya menggunakan sampel RNA Covid-19 yang disalin balik untuk membentuk pasangan DNA. Salinan diperbanyak dengan PCR hingga terbentuk banyak rantai DNA, yang biasanya perlu waktu 6 jam hingga 2 hari.

Tes ini memang memberikan hasil paling akurat, sayangnya memerlukan waktu yang lebih lama. Dan, tes PCR hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli dan terlatih, lantaran penggunaan teknologi dan berbagai Reagen.

 

 




Kenali Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti yang Jadi Penyebab Demam Berdarah

Sebelumnya

Cara Tepat Merawat Luka Bakar untuk Mencegah Infeksi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health