Ilustrasi santri mengaji/ Net
Ilustrasi santri mengaji/ Net
KOMENTAR

"SIAPA yang ingin mengambil suri teladan maka ambillah dari orang yang telah meninggal. Karena orang yang masih hidup itu belum aman dari fitnah..." (Abdullah bin Mas'ud dalam Jami' bayanil Ilmi)

Sebuah hikmah dijelaskan oleh Ustaz Badru Salam, Lc bahwa para ustaz sekali pun, ketika mereka masih hidup, belum terbebas dari fitnah. Dan kita tidak tahu mereka akan meninggal di atas apa dan dalam keadaan bagaimana. Bukankah tipu daya iblis seusia denyut nadi manusia? Yang bisa dilakukan hanya berdoa agar Allah memberikan para ustaz husnul khatimah di akhir hayat mereka.

Sementara orang-orang yang telah berpulang ke rahmatullah, mereka sudah pasti meninggal di atas iman dan sunnah. Atau sebaliknya. Maka kita dapat mengambil teladan dalam diri mereka yang telah berpulang mendahului kita. Karena kita mengetahui akhir hidup mereka dihabiskan dalam keshalehan dan ketakwaan.

Yang paling utama tentulah mengambil keteladanan Nabi Muhammad saw., istri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau. Rasulullah manusia paling mulia dan dijanjikan Allah akan masuk ke dalam surga. Tapi ibadah Rasul semasa hidupnya mengalahkan ibadah hamba-hamba lainnya. Ibarat ibadah seorang hamba yang berada di pinggir jurang neraka dan teramat takut akan tergelincir ke dalamnya.

Kita meneladani semua ibadah, karakter, dan perilaku Rasulullah. Kita meneladani sekuat tenaga di tengah godaan dahsyat zaman modern yang menggiring kita untuk melupakan sosoknya. Sungguh tidak mudah, tapi itulah sejatinya perjuangan terbesar dalam hidup ini yang akan menentukan kedudukan kita di akhirat kelak.

Para sahabat yang hidup di zaman Rasullah adalah generasi yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling lurus petunjuknya. Kita pun menyebut mereka generasi "paling beruntung" karena melihat langsung sosok dan perilaku Nabi Muhammad. Mereka salat bersama Rasulullah, berpuasa bersama Rasulullah, berhaji bersama Rasulullah, bahkan berperang bersama Rasulullah.

Demikian pula para ulama yang berpegang di atas manhaj Rasulullah dan para sahabat. Mereka meneladani uswah hasanah Rasul, berpegang pada Alquran dan hadis-hadis shahih tanpa melebihkan atau menguranginya sebagai pijakan menyusun kitab-kitab fiqih.

Para ulama besar yang memberikan warisan ilmu pengetahuan agar generasi-generasi sesudah mereka tidak kehilangan arah dalam mengamalkan syariah Islam.

Pun demikian ketika kita kehilangan sosok orangtua, kakek-nenek, atau orang yang kita hormati. Mereka yang berakhlak terpuji dan tangguh. Dari mereka yang telah berpulanglah kita dapat mengambil teladan sesungguhnya. Karena kita melihat perjalanan hidup mereka yang penuh makna.

Mungkin saja dahulu mereka jauh dari Allah. Tapi manakala perlahan-lahan mereka mulai mengenali, mendekat, hingga mampu merindu Allah dalam setiap ibadah dan amal shaleh mereka, maka insya Allah husnul khatimah. Dan kita dapat menjadikan sosok mereka sebagai teladan.

Kita mengamalkan nasihat mereka. Kita menaati larangan mereka. Pastilah ada wejangan dan kata-kata bijak mereka yang menjadi landasan kita untuk melangkah sekaligus menjaga kita dari sikap yang buruk.

Kita berharap alam kubur mereka akan terang-benderang dan mereka berada dalam ketenangan dalam golongan orang-orang shaleh. Kita meneladani mereka yang wafat sekaligus memohonkan ampun atas khilaf dan dosa yang mereka perbuat. Serta kita mengamalkan teladan mereka agar Allah ridha untuk memperkenankan mereka (dan kita, insya Allah) masuk ke jannah-Nya.

 

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur