Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MENGELUH sejatinya memang merupakan sifat dasar manusia. Allah Swt. berfirman:

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah." (QS Al Ma'arij: 19-20)

Seringkali manusia mengeluh pada apa yang terjadi. Sederhananya saja, mengeluhkan cuaca yang panas, hujan, gaji yang kecil, atau apapun. Padahal semua yang dikeluhkan belum tentu membawa keburukan baginya.

Pada titik tertentu, mengeluh dapat menyebabkan stres dan depresi, yang menyebabkan terganggunya kesehatan fisik dan psikis. Secara medis, Islam juga menjelaskan tentang bagaimana mengeluh membuat seseorang menjadi hilang kendali atas emosi yang berlebihan.

Mengeluh yang sifatnya berkelanjutan dapat memicu depresi kronis. Pada orang yang mengalami hal itu, ukuran hippocampus otak yang berkaitan dengan emosi dan ingatan, akan mengecil. Sel otak yang berkaitan dengan komunikasi juga ikut terpengaruh.

Produksi serotonin dan kemampuan tubuh berkurang drastis. Akibatnya, fungsi otak tidak maksimal, sehingga tidak fokus pada pekerjaan. Parahnya lagi, semua akan berakhir dengan kematian seseorang akibat bunuh diri.

Dalam pandangan Islam, tidak seharusnya seorang muslim memgeluh akan kehidupannya jika ia berpikir lebih, sebab banyak kenikmatan yang telah dirasakan. Kenikmatan yang diberikan oleh Allah tidak akan pernah sanggup dihitung oleh siapapun.

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An Nahl: 18)

Allah juga memperingatkan kita akan orang-orang yang tidak pernah bersyukur atau selalu mengeluh.

"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS Ibrahim: 34)

Sebagai hamba Nya yang tidak pernah putus diberikan kenikmatan, bahkan dalam setiap helaan nafas, maka hendaknya kita selalu bersyukur.

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam kebajikan itu. Dan jika ia ditimpa suatu bencana, berbalik lah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS Al Hajj: 11)

Jika terdapat suatu musibah, harusnya kita bersyukur dan bersabar menghadapi. Karenanya, dosa kita akan diampuni.

"Tiada suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim, melainkan dengannya Allah hapuskan (dosa-dosa kecil) darinya, sampai-sampai sebatang duripun yang menusuknya." (Shahih Al-Bukhari, kitab al-Mardia, no 5640, Shahih Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah no 2572)

Allah pun telah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (QS Ali Imran: 200)

Allah telah berjanji memberikan pahala yang besar pada mereka yang bersabar dan tidak berkeluh kesah.

Rasulullah pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah 'azza wajalla berfirman: 'Apabila Aku memberi cobaan kepada hamba Ku dengan melenyapkan dua perkara yang dia cintai (yakni kedua matanya), kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Ku beri ganti surga karena kehilangan keduanya.'* (HR Al Bukhari)

Manusia pun hendaknya menyadari bahwa setiap kenikmatan dan musibah yang datang telah digariskan oleh Allah Swt. sebelum kita diciptakan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

"Sesungguhnya setiap orang di antara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi 'alaqoh (segumpal darah) selama waktu itu juga (40 hari), kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya." (HR Al Bukhari dan Muslim)

Dan ingat, Allah juga tidak pernah memberikan cobaan melebih batas kemampuan hamba Nya.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): 'ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan Rahmatullah kami. Engkau Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS Al Baqarah: 286).

 




Menyambungkan Jiwa dengan Al-Qur’an

Sebelumnya

Sempurnakan Salatmu Agar Terhindar dari Perbuatan Keji dan Mungkar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur