KOMENTAR

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengakui vaksin Corona Pfizer cukup menjanjikan. Namun ada tantangan dalam pendistribusiannya.

"Seperti yang sudah kami prediksi, kita akan memiliki vaksin (Covid-19) pada akhir tahun ini. Dan Pfizer sangat menjanjikan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Reuters.

Tantangan ada pada pendistribusiannya, sebab vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech ini menggunakan teknologi mRNA sintetis, yang harus disimpan pada suhu di bawah minus 70 derajat Celcius untuk menjaga keefektifannya. Dan suhu ini setara dengan musim dingin di Antartika.

Kesulitan muncul ketika akan didistribusikan ke wilayah Asia dan Afrika, di mana suhu di kedua benua itu sangat hangat. Terlebih jaraknya yang cukup jauh dari Amerika Serikat dan infrastruktur yang diperlukan masih kurang.

"Memang sangat menggembirakan berita itu. Namun persoalannya bagaimana cara menyimpannya, terutama di beberapa negara yang memiliki iklim tropis seperti Afrika. Ini perlu diperhitungkan lagi," ujar Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti.

Pfizer vs Sinovac

Setiap vaksin memiliki keunggulan dan efek samping tersendiri. Tak terkecuali Pfizer yang dianggap 90 persen aman.

1. BNT162b2 buatan Pfizer

Beberapa dari 43.500 relawan mengaku merasakan efek samping setelah disuntikkan vaksin buatan Pfizer ini, seperti sakit kepala dan nyeri otot. Glenn Deshields (44) dari Austin, Texas dan Carrie (45) dari Missouri, merasakan itu.

Glenn merasakan oengarnyang parah dan rasa seperti mabuk. Tapi efek samping itu cepat hilangnya. Sementara Carrie merasakan sakit kepala, nyeri, hingga demam pasca mendapat suntikan pertama pada September lalu.

"Efek sampingnya tampak meningkat setelah dosis kedua bulan lalu," aku Carrie dikutip dari Express UK, Rabu (11/11).

Sayangya, saat penyuntikan relawan tidak tahu apakah menerima plasebo atau vaksin. Hanya Carrie yakin betul bahwa efek samping yang ia rasakan adalah setelah penyuntikan.

2. CoronaVac buatan Sinovac

Direktur Butantan Dimas Covas menjelaskan, sekitar 20 persen relawan Brazil mengalami nyeri ringan akibat suntikan. Sementara 15 persennya melaporkan sakit kepala isai diberi dosis pertama, tetapi turun menjadi 10 persen untuk dosis kedua. Sementara sebanyak 5 persen relawan melaporkan merasa mual, kelelahan, bahkan nyeri otot.

Mungkinkah Indonesia Membeli Pfizer?

PLT Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Budi Hidayat mengatakan, sampai saat ini belum ada keputusan apakah Indonesia akan memasukkan vaksin Pfizer ke dalam program vaksinasi covid-19 di Indonesia.

"Masih menunggu perkembangan terbarunya. Didiskusikan dulu, belum bisa jawab soal penggunaannya karena masih dipelajari," ucap Budi dikutip dari detikcom, Rabu (11/11).

Hal yang sama dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

"Masih menjadi pertimbangan, masih banyak pembahasan soal pengadaan vaksin, termasuk yang buatan dalam negeri," ujar Airlangga.

Walau begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui, kehadiran Pfizer memberikan harapan baru bagi dunia.

"Kabar vaksin (Pfizer) memberi sentimen positif di seluruh dunia. Hasil pemilu AS juga diharapkan bisa memberi sentimen positif," begitu Sri Mulyani.

 

 




Kenali Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti yang Jadi Penyebab Demam Berdarah

Sebelumnya

Cara Tepat Merawat Luka Bakar untuk Mencegah Infeksi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health