Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

PANDEMI virus corona atau Covid-19 yang memicu pembatasan pergerakan ketat, lockdown hingga dorongan untuk karantina memicu naiknya angka kehamilan di Filipina.

Hal itu terjadi, karena banyak dari rumah tangga berada di dalam rumah untuk waktu yang lama.

Selain itu, tidak sedikit juga wanita yang kehilangan akeses ke alat kontrasepsi selama masa pandemi.

"Para wanita sangat membutuhkan alat kontrasepsi. Pasangan mereka ada di rumah sepanjang waktu karena lockdown dan baiklah, katakan saja mereka tidak ingin peningkatan, tapi keintiman menghasilkan kehamilan yang tidak tepat waktu," kata seorang bidan di Filipina, Stella Marie Alipoon.

Sejumlah pakar memperkirakan, lockdown selama masa pandemi di Filipina menyebabkan lebih dari 5 juta wanita di Filipina cenderung mendapati layanan kesehatan reproduksi mereka terganggu.

University of Philippines Population Institute (UPPI) dan UNFPA memperkirakan bahwa pada tahun ini saja, akan ada sekitar 1,8 juta kehamilan yang tidak terencana di Filipina. L

Pandemi Covid-19 diperkirakan akan menambah prediksi angka tersebut. Diperkirakan akan ada tambahan 751.000 kehamilan yang tidak diinginkan akan terjadi jika langkah-langkah karantina masyarakat berlanjut sampai akhir tahun.

"Ini akan menjadi jumlah kelahiran tertinggi di negara ini sejak 2012," kata Juan Antonio Perez III, direktur eksekutif Komisi Kependudukan dan Pembangunan (POPCOM), seperti dimuat Al Jazeera.

Secara global, Dana Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) memperkirakan bahwa lebih dari 47 juta wanita dapat kehilangan akses ke kontrasepsi sebagai akibat dari kelebihan sistem kesehatan virus corona dan mengganggu rantai pasokan global, yang dapat mengakibatkan sekitar 7 juta kehamilan yang tidak diinginkan.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News