KOMENTAR

PADA masa kekuasaan Islam, Toledo yang pernah menjadi ibukota Spanyol ini dikenal dengan tingkat toleransi kehidupan beragama yang tinggi. Yahudi, Kristen, dan Islam hidup berdampingan secara harmonis. Masa itu disebut dengan La Convivencia (The Coexistence).

Kala itu, Toledo juga menjadi pusat penerjemahan ilmu pengetahuan. Ilmuwan Muslim, Yahudi, dan Kristen bekerja sama menerjemahkan beragam manuskrip ilmiah dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin. Juga karya-karya penting dari ilmuwan Romawi dan Yunani yang sempat hilang, disalin kembali di Toledo. Namun kedamaian itu sirna saat terjadi Reconquista oleh pasukan Kristen. Yahudi terusir pada tahun 1492, dan Muslim menyusul terusir pada 1542, ketika benteng terakhir kekuasaan Islam yakni kota Granada, runtuh.

Kota Kecil Yang Tak Berubah

Kendati masa La Convivencia berlalu, namun bangunan-bangunan peninggalan Islam, Yahudi, dan Kristen hingga kini masih berdiri dan lestari. Karena itulah Toledo memiliki julukan “Kota kecil Yang Tak Berubah”.

Seluk Beluk Kota Cantik Toledo Kota yang terletak sekitar 70 kilometer di selatan kota Madrid ini juga telah dinobatkan sebagai cagar budaya warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1986 karena memiliki berbagai keunikan dan nilai sejarah yang tak pudar ditelan waktu. Hal ini dapat terlihat dari pemandangan yang ada di kota melalui jalan-jalan sempit dan arsitektur bangunan yang kuno dan penuh pesona.

Menurut sejarah, Toledo Tulaytulah dalam bahasa Arab, telah dihuni manusia sejak zaman Romawi (tahun 192 Sebelum Masehi) dan menjadi pusat perdagangan dan administrasi Tarraconensis, salah satu provinsi Romawi. Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, Toledo dikuasai bangsa Visigoth dan dijadikan ibukota, hingga bangsa Moor (Islam) menaklukkan wilayah Semenanjung Iberia itu pada abad ke-8 (sekitar tahun 711).

Tariq bin Ziyad dikenal sebagai penakluk Spanyol, meski sebelumnya beberapa pasukan telah dikirim oleh khalifah. Namun pasukan Tariq lah yang memiliki kekuatan besar, dan terkenal dengan kisah “pembakaran kapal”. Tariq menaklukkan kota demi kota, hingga sampai di Toledo. Dari Toledo, Tariq bin Ziyad, dengan bantuan Musa bin Nushair, makin meluaskan penaklukan di Spanyol.

Menyusuri Keindahan Toledo

Tertarik dengan sejarah dan keindahan Toledo, saya dan kawan menyempatkan diri berkunjung ke sana selepas dari Madrid, ibukota Spanyol sekarang. Dari Madrid menuju Toledo, yang berjarak 70 km,  kami menggunakan bus yang berangkat dari stasiun Madrid Estacion de Sur.  

 

Pemandangan sepanjang Madrid-Toledo sangat indah dan bervariasi. Kebun-kebun anggur, perbukitan hijau, bukit-bukit karang silih berganti menyegarkan mata, membuat perjalanan satu jam tidak terasa bosan.  

Kami tiba di kawasan perbukitan Toledo. Bus bergerak mengikuti jalanan berkelok yang mengitari bukit, menyuguhkan pemandangan membuat takjub dan membawa angan menembus lorong waktu. Jembatan batu kuno, Puente de St Martin, membentang di atas Sungai Tagus yang mengalir tenang. Di ujungnya berdiri pintu gerbang kota Toledo yang mirip sebuah benteng.

Dari atas bukit, kota Toledo memang seperti negeri dongeng. Mengingatkan pada zaman kerajaan, kastil, pertemuan pangeran berkuda dan putri jelita. Kota berwarna keemasan ini dikelilingi sungai yang airnya berwarna kehijauan, kontras dengan pohon-pohon berwarna keperakan yang daunnya berguguran diterpa angin musim dingin.

Ah, tak sabar rasanya untuk segera mengeksplorasi kota yang berbentuk labirin dan hanya memiliki luas 232,1 km persegi ini. Kami memulai penjelajahan kota tua Toledo dari Plaza Zocodover. Tujuan utama kami adalah Alcazar of Toledo, Katedral Toledo,  Sinagog Santa Maria la Blanca dan Mezquita Cristo de la Luz yang merupakan representasi bangunan peninggalan tiga agama.

Alcazar yang berarti benteng dalam bahasa Arab, terletak tak jauh dari Plaza Zocodover. Melewati dua belokan, tak lama tampak dinding kukuh dan menara Alcazar. Benteng ini pada abad ke-3 Masehi digunakan sebagai istana penguasa Romawi, kemudian direstorasi oleh Charles I dan Philip II pada tahun 1540. Sejak 2009, menjadi bagian dari Museo del Ejercito atau Museum Angkatan Darat.

Alcazar Palace yang merupakan sebuah bangunan istana yang dibangun pada abad ke 3 di masa kekuasaan bangsa Romawi. Terletak di atas bukit batu Alcazar sebelah hulu sungai Tagus. Istana ini adalah tempat pelatihan tentara kerajaan Spanyol dan juga berfungsi sebagai benteng pertahanan kota.

Kota Tiga Peradaban

Dari Alcazar, kami beranjak menuju The Primate Cathedral of Saint Mary of Toledo, atau lebih dikenal Katedral Toledo. Tempat yang menjadi saksi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Toledo. Sisa-sisa manuskrip ilmiah, hasil terjemahan ilmuwan Muslim, Yahudi, dan Kristen yang tak terbakar tersimpan di sini. Puas mengambil gambar Katedral, kami bergerak menuju Sinagog Santa Maria la Blanca.

Santa Maria la Blanca adalah bangunan yang pernah menjadi gereja, masjid, dan sinagoga. Interior di dalamnya didominasi pilar-pilar melengkung yang merupakan ciri khas arsitektur Mudejar (kebudayaan Moor di Andalusia). Jejak itu bisa kita lihat juga di Taller del Moro yang menjadi museum keramik.

Disebut kota ”tiga peradaban”, di Toledo-lah sentuhan Mudejar, Gothic, dan Renaissans saling memengaruhi dan menorehkan jejak dalam arsitektur dan karya seni. Tak heran jika seluruh kota beserta isinya dinyatakan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Toledo juga merupakan ”rumah” bagi pelukis abad pertengahan Spanyol, El Greco, yang bernama asli Domenikos Theotokopoulos. Ia memang dilahirkan di Crete, Yunani, tetapi sebagian besar karirnya dilalui di Toledo sampai akhir hayatnya. Sejumlah mahakarya El Greco tersimpan di beberapa gereja di Toledo, di antaranya di Santo Tome. Bila tidak sempat melihatnya, silakan singgah di museum nasional Prado di Madrid, yang menyimpan ribuan koleksi pelukis Spanyol dari beragam abad, termasuk koleksi El Greco.

Dari Sinagog Santa Maria la Blanca, kami beranjak menuju Mesquita/Masjid Cristo de la Luz. Masjid ini dibangun pada tahun 999 Masehi. Dari luar kompleks masjid ini terlihat besar, tapi saat kami memasukinya setelah membayar 2,5 euro, ternyata bagian dalam masjid kecil saja. Mungkin tak lebih sekitar 50 meter persegi.

Saat dibangun pertama kali oleh bangsa Moor, masjid ini bernama Masjid Bab Al-Mardum, mengambil nama dari gerbang kota Toledo yang letaknya sekitar 20 meter dari masjid. Lantai masjid masih beralas tanah dengan pilar-pilar yang disainnya dipengaruhi Masjid Agung Cordoba. Pada beberapa sisi dinding dan kubah bagian dalam terdapat lukisan pria bersorban. Ukiran kaligrafi Arab juga terdapat di beberapa sisi.

Beranjak ke taman di dekat masjid, kami mendapat ‘bonus’ pemandangan cantik kota Toledo dari atas. Tepat di bawah kompleks masjid ternyata Puerta del Sol, gerbang kota Toledo yang dibangun pada abad ke-14 oleh tentara Kristen.




Dari Kuliner hingga Skincare, Inara Rusli Fokus Mengembangkan Bisnis

Sebelumnya

Bacakan Surat untuk Palestina, Irish Bella Ajak Masyarakat Ikut Bersuara

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Entertainment