TUROS merupakan karya klasik para ulama, pemikir, dan cendekiawan muslim masa lalu telah menjadi bagian penting dari warisan sejarah Islam yang sangat luhur terutama dalam bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu alat. Oleh karena itu turos harus menjadi landasan penting bagi pendidikan di Indonesia
Pandangan demikian disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti ketika memberi amanat pada Wisuda dan Kelulusan Santri Angkatan ke-10 Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah asuhan Said Aqil Siraj, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, (17/5).
Menyaksikan kemampuan para santri berbicara dalam dua bahasa Arab dan Inggris, Mu’ti dalam sambutan bahasa Inggris menyatakan keyakinannya kalau santri wisudawan Al Tsaqafah akan menjadi pemimpin dan pemenang sesuai dengan tema wisuda "Santri Today Leaders Tommorrow, Pillar of Indonesia Golden Future".
“I witness and I'm very optimist Muslim could become a leader, Muslim could become the champion not only in relation to our daily life our worldly life but also for our spiritual life”, ucap Mu’ti.
Mu’ti mengaku sangat berbahagia berada di pesantren Al Tsaqafah bersama Said Agil Siraj, tokoh penting yang sangat ia hormati.
“Bapak-bapak Ibu-ibu saya tadi malam jam 11.00 baru tiba dari perjalanan dari Korea Selatan menghadiri pertemuan Menteri Pendidikan Negara-negara Asia Pasifik, dan karena saya sudah komit dan saya sudah senantiasa patuh sami’na kepada Syeikh kita almukaram Kiai Said Agil Siraj, maka saya datang ke sini dengan penuh suka cita”, ungkapnya.
Menurut Mu’ti, pendidikan harus dibangun di atas lima konstruksi atau lima dasar utama.
Fondasi pertama adalah turos, atau dasar-dasar yang menjadi bagian dari warisan sejarah Islam yang sangat luhur terutama dalam bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu alat ilmu alat. Ilmu-ilmu agama dalam bidang-bidang ilmu-ilmu ushuliah menjadi fondasi penting dalammenjelajahi khasanah keilmuan Islam yang tidak pernah dan tidak akan pernah terbatas
“Turos ini menjadi bagian dari warisan sejarah Islam yang membentuk karakter keislaman kita, it is part of our identity it is part of the construction of our Islam, karena itu maka penguasaan ilmu-ilmu alat turos al islamiyah menjadi landasan dari pendidikan Islam”, jelasnya.
Fondasi kedua adalah sangat penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun menurut Mu’ti penekanannya bagaimana teknologi itu tidak terpisahkan dan tidak tercabut dari akar-akarnya terutama dari Al-Qur'an. Apapun bentuk teknologi sekarang menurut Mu’ti akan ditemukan dasar dan asasnya dari Al-Qur'an.
Ia ceritakan, ketika pesawat ditemukan, Wright bersaudara penemu dan pembuat pesawat tidak pernah membaca Al-Qur'an tapi mereka membayangkan burung-burung yang terbang bagaimana burung itu bisa terbang dan dengan imajinasi ilmiahnya dia mengatakan suatu saat manusia juga bisa terbang seperti burung-burung itu. Wright bersaudara adalah orang pertama yang membuat pesawat dan menerbangkannya.
Dasar-dasar untuk mempelajari sains teknologi itu bila dikaitkan dengan turos, terdapat pada landasan di mana Al Quran memerintahkan manusia untuk senantiasa memperhatikan dan mengamati alam semesta.
“Ini adalah bagian penting yang umat Islam harus menguasainya tidak boleh ada pemisahan, menurut saya antara ilmu-ilmu agama dengan sains modern bahkan seiring,” urai Mu’ti.
Mu’ti mencontohkan mereka yang disebut sebagai ilmuwan holistik dalam bahasa lain ilmuwan yang kafah seperti Ibnu Rusyd, selain menguasai ilmu fikih, ilmu filsafat, mereka juga menguasai ilmu-ilmu fisika dan ilmu-ilmu kimia. Menunjukkan sebenarnya dalam diri para ulama itu melekat keilmuan yang kafah keilmuan yang komprehensif.
“Itulah fondasi kedua dalam kita membangun kemajuan umat dan kemajuan di bidang-bidang yang sangat ditentukan masa sekarang ini”, tegasnya.
Fondasi ketiga adalah akhlak. Kalau ilmu pengetahuan tidak dilandasi oleh akhlak maka dia akan menjadi senjata yang bisa menimbulkan kerusakan di mana-mana.
Mu’ti gambarkan, sekarang banyak bicara mengenai artificial intelligence AI yang kalau orang menyalahgunakan akan menimbulkan kekacauan luar biasa. Karena itu maka penguasaan teknologi digital itu sangat penting tapi kesalehan digital itu juga tidak kalah pentingnya.
Banyak pekerjaan baru di dunia digital, seperti content creator atau YouTuber. Banyak yang telah membuat konten-konten edukatif, konten yang mencerdaskan, tapi tidak sedikit juga konten kreator yang hanya sekadar mencari sensasi dan mencari sesuap nasi yang penting viral, soal baik atau tidak urusan belakang yang penting viewer jutaan, maka akan mendapat jutaan rupiah dari berbagai macam platform.
“Karena itu, menguasai teknologi itu penting tetapi harus dilandasi dengan akhlakul karimah dan ini yang juga harus kita tanamkan dalam semua jenjang pendidikan,” tandas Mu’ti
Fondasi keempat adalah entrepreneurship, suatu kemampuan untuk memiliki semangat kewirausahaan semangat kemandirian bekerja, menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut Mu’ti tradisi pesantren yang ia pelajari dari berbagai kajian adalah tradisi entrepreneurship.
“Pendidikan menurut saya perlu menekankan sekali lagi kekuatan entrepreneurship,” ucap Mu’ti
Fondasi kelima adalah wataniah. Tidak kalah pentingnya adalah wataniah atau kebangsaan. Mu’ti mengamati bagian penting ikrar para santri seperti ikrarnya taruna akademi militer, nasionalismenya tidak perlu diragukan lagi.
“Karena itu maka jadilah kalian para ulama jadilah kalian orang-orang yang menguasai ilmu-ilmu agama ilmu-ilmu modern berakhlak mulia memiliki jiwa kewiraan dan tanggung jawab memajukan bangsa dan negara”, pesan Mu’ti mengakhiri ceramahnya.
KOMENTAR ANDA