Poster film
Poster film "Jumbo". (IMDB)
KOMENTAR

DUNIA perfilman Indonesia kembali mencetak sejarah. Film Jumbo, sebuah film animasi karya anak bangsa, kini resmi menempati posisi film Indonesia terlaris kedua sepanjang masa, menggeser posisi yang sebelumnya dipegang oleh Agak Laen. Dengan capaian ini, Jumbo tidak hanya menorehkan rekor, tetapi juga membuka lembaran baru bagi film animasi lokal di industri hiburan tanah air.

Disutradarai Ryan Adriandhy, Jumbo berhasil menarik lebih dari 9,1 juta penonton, mengungguli Agak Laen yang juga mengumpulkan angka fantastis—sekitar 9,1 juta penonton. Meski selisihnya tipis, loncatan Jumbo menunjukkan bahwa karya animasi pun bisa mencuri hati jutaan masyarakat Indonesia.

Menariknya, suasana di balik pencapaian ini begitu hangat dan sportif. Alih-alih ada persaingan yang panas, yang terjadi justru saling dukung penuh hormat. Ernest Prakasa, produser Agak Laen, menyebut momen ini sebagai "kekalahan paling membanggakan", merujuk pada Jumbo yang telah melewati capaian Agak Laen.

Tak kalah berkelas, Muhadkly Acho, sutradara Agak Laen, pun langsung memberikan ucapan selamat. Dalam pernyataannya, ia menunjukkan sikap rendah hati dan rasa bangga terhadap keberhasilan Jumbo. Dunia perfilman Tanah Air seakan menunjukkan bahwa kompetisi boleh ada, tapi kolaborasi dan apresiasi tetap di atas segalanya.

Meski Jumbo meraih posisi kedua, tahta tertinggi masih dipegang KKN di Desa Penari, yang sejauh ini belum tergoyahkan dengan total penonton mencapai lebih dari 10 juta. Namun, keberhasilan Jumbo menjadi sinyal kuat bahwa film Indonesia makin beragam, dan penonton pun semakin terbuka terhadap genre yang berbeda, termasuk animasi.

Lebih dari sekadar angka, kesuksesan Jumbo adalah kemenangan untuk kreativitas, kerja keras, dan keberanian membawa sesuatu yang baru. Ini bukan hanya prestasi bagi seluruh tim, tapi juga bagi seluruh ekosistem perfilman Indonesia. Dan yang paling membanggakan? Semua pencapaian ini lahir dari tangan-tangan anak bangsa.

Selamat, Jumbo! Perfilman Indonesia sedang berada di era keemasannya—dan kita semua ada untuk menyaksikannya. Akankah kisah Don dan kawan-kawan menggeser posisi KKN di Desa Penari?




Duta Besar Djauhari Oratmangun Dukung Diplomasi Budaya lewat Film Assalamualaikum Beijing 2: Lost in Ningxia

Sebelumnya

Syahrini Tampil Memukau di Red Carpet Cannes Film Festival 2025 dan Terima Penghargaan UNESCO

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Entertainment