Ilustrasi seorang muslim berdoa/Freepik
Ilustrasi seorang muslim berdoa/Freepik
KOMENTAR

DOA orang berpuasa tidak tertolak adalah sebuah pernyataan yang didasarkan pada hadis Nabi Muhammad saw. Karena memang doa orang yang berpuasa memiliki keistimewaan di sisi Allah Swt. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang berpuasa, permohonannya ke hadirat Tuhan memiliki peluang yang lebih besar untuk dikabulkan.

Pentingnya memanfaatkan keistimewaan ini hendaknya tidak dipandang sebelah mata. Sebagaimana yang terkandung dalam ajaran agama Islam, doa adalah salah satu bentuk interaksi langsung antara hamba dengan Sang Pencipta. Dalam kondisi berpuasa, hati seseorang menjadi lebih bersih dan terbuka, sehingga doa yang dipanjatkan memiliki kekuatan yang lebih besar.

Yusuf Al-Qaradhawi pada buku Dalam Pangkuan Sunnah (2013: 58) menerangkan:

Allah menurunkan rahmat-Nya di bulan Ramadan, menghapus kesalahan-kesalahan hamba-Nya, mengijabah doa-doa mereka.

Disebutkan dalam sebuah hadis dari Rasulullah bahwa beliau bersabda, “Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; imam yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa orang dizalimi, Allah akan mengangkatnya di atas awan, dan membukakan untuknya pintu-pintu langit dan berkata, “Demi kemuliaan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun setelah saat doa orang yang berpuasa sangat dekat jaraknya untuk dikabulkan, besar harapan untuk diijabah, terlebih di penghujung hari berpuasa, saat berbuka puasa.”

Disebutkan dalam hadis, “Sesungguhnya orang yang berpuasa di saat ia berbuka memiliki doa yang tidak ditolak."

Pertama-tama yang kita didoakan adalah semoga Allah menerima amal ibadah kita selama Ramadan, seperti puasa, zakat, sedekah, salat, zikir, itikaf dan lain sebagainya. Sekiranya ibadah puasa kita tidak diterima Allah, bagaimana bisa doa kita akan dikabulkan.

Salah satu syarat doa yang mustajab (dikabulkan) oleh Allah adalah doa dari mereka yang berpuasa. Semoga saja puasa kita diterima Allah sehingga diri kita termasuk dalam kategori orang yang mustajab doanya.

Lantas, ketika doa kita termasuk yang mustajab, apa yang bisa kita doakan?

Terlebih dulu doakanlah diri kita dan juga keluarga. Tidak ada lagi yang lebih diutamakan selain keselamatan diri kita dan keluarga di dunia dan akhirat. Apa tidak boleh mendoakan orang-orang lain? Tentu saja boleh, tetapi lebih utama mendahulukan untuk diri sendiri serta anggota keluarga yang merupakan tanggung jawab kita.

Yusuf Al-Qaradhawi (2013: 58) menjelaskan:

Abdullah bin Amru, perawi hadis ini terbiasa mengumpulkan anak-anaknya ketika hendak berbuka puasa dan berdoa kepada Allah Swt., dan salah satu doa yang sering ia panjatkan, “Ya Allah, aku memohon dengan rahmat-Mu yang luas dan meliputi segala sesuatu, ampunilah aku.”

Perkara apa muatan doa sebetulnya bebas saja, sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Silakan saja memanjatkan pinta ke haribaan Ilahi selama mengandung kebaikan. Hanya saja dari apa yang dicontohkan Abdullah bin Amru bia dipetik pelajaran, bahwa dia mengajari anak-anaknya memohon ampunan dan rahmat Allah. Itu saja!

Tidak dipintanya kenaikan jabatan, tidak dimohonkannya harta melimpah, tidak dimintanya apapun yang berbau duniawi. Karena semua itu dengan sendirinya akan datang apabila rahmat Allah kita peroleh. Dan semua itu akan terasa nikmat apabila kita telah memperoleh ampunan-Nya.

Sehingga sampailah kita kepada penghujung Ramadan dan Idul Fitri segera menjelang, segenap daya upaya telah kita kerahkan agar sukses menunaikan ibadah puasa. Tibalah saatnya kita memanfaatkan doa mustajab itu sebelum bulan suci Ramadan bersalin rupa menjadi Syawal.

Manfaatkanlah keistimewaan ini dengan memperbanyak doa-doa yang baik dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Berdoalah untuk memperoleh kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup, keberkahan dalam rezeki, kesehatan bagi diri dan keluarga, serta kebaikan dan keberkahan bagi umat manusia.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa doa bukanlah alat untuk menggantikan usaha. Seorang yang berpuasa tidak boleh hanya berharap pada doa semata tanpa melakukan usaha nyata untuk mencapai tujuannya. Doa harus diiringi dengan kerja keras dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, jangan pula merendahkan diri dengan doa-doa yang receh, yang terlalu rendah untuk dipinta kepada Allah. Tunjukkan bahwa Ramadan telah menempa kualitas diri kita menjadi pribadi yang takwa, yang tidak gentar dengan kehidupan duniawi nan fana. Berdoalah! Sebab doa kita insyaallah mustajab.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur