Ilustrasi seorang muslimah bersedih/Freepik
Ilustrasi seorang muslimah bersedih/Freepik
KOMENTAR

DIAM-DIAM, sejumlah orang mengusap air mata mereka karena ada kesedihan yang teramat memedihkan hati. Tak lama lagi Ramadan sudah pasti berlalu membawa pucuk-pucuk rindu. Bagi mereka yang menangis di akhir-akhir Ramadan, maka ketahuilah bahwasanya para ulama juga meneteskan air mata, begitu pun dengan orang-orang saleh.

Jalaluddin Rakhmat dalam buku Meraih Cinta Ilahi (2008: 201-202) menerangkan:

Imam Ali Zainal Abidin As., cucu Rasulullah saw, selalu meninggalkan bulan Ramadhan dengan penuh kesedihan. Dengan air mata yang tidak henti-henti membasahi wajahnya yang mulia, ia mengucapkan salam perpisahan pada bulan Ramadan:

Assalamu'alaika, wahai bulan yang ketika harapan didekatkan dan amal dihamparkan. Salam bagimu wahai Ramadan, sahabat yang datang membawa kebahagiaan dan pergi meninggalkan kepedihan.

Salam bagimu, wahai kawan, yang membuat hati menjadi lembut dan dosa berguguran. Salam bagimu, wahai bulan penolong yang membantu kami melawan setan dan memudahkan kami menapak jalan kebaikan.

Salam bagimu, wahai Ramadan. Betapa panjangnya engkau bagi para pendurhaka. Betapa mulianya engkau bagi hati orang-orang yang percaya. Salam bagimu, wahai Ramadan. Engkau datang pada kami membawa keberkahan dan membersihkan kami dari kesalahan.

Salam bagimu, wahai Ramadan, engkau datang kepada kami membawa keberkahan dan membersihkan kami dari kesalahan. Salam bagimu, wahai Ramadan, bulan yang dirindukan sebelum kedatangannya dan disedihkan sebelum kepergiannya. Salam bagimu wahai Ramadan.

Ramadan, bulan yang penuh berkah dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., menyisakan jejak yang dalam di hati setiap umat Islam. Di penghujung Ramadan, suasana menyenangkan dari ibadah yang kental dengan kebersamaan dan ketulusan, sering kali diselimuti oleh hawa duka dan kesedihan.

Air mata yang berlinang di penghujung bulan suci ini tidak hanya berasal dari rasa kehilangan karena akan berpisah dengan bulan Ramadan, tetapi juga dari refleksi dan introspeksi diri akan perjalanan rohani yang telah dilalui.

Lantas, apa saja makna dari air mata di penghujung Ramadan?

Pertama-tama, air mata di penghujung Ramadan muncul dari kesadaran akan ketidaksempurnaan diri.

Seiring berjalannya bulan puasa, kita mungkin telah berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan ibadah dan meningkatkan kualitas spiritualitas diri. Namun, di saat-saat terakhir Ramadan, kita mulai merenungkan segala kekurangan dan dosa yang telah kita lakukan selama bulan suci ini.

Air mata mengalir sebagai tanda penyesalan dan keinginan untuk bertaubat serta memperbaiki diri di masa yang akan datang.

Kedua, air mata juga mengalir sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah selama Ramadan.

Di tengah kesibukan menjalankan ibadah, kita menjadi lebih peka terhadap berkah dan nikmat yang diberikan Allah kepada kita setiap hari.

Kita merasa tergerak untuk menangis sebagai bentuk rasa syukur yang mendalam atas segala karunia yang diberikan Allah, mulai dari nikmat makanan dan minuman hingga kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Ketiga, air mata di penghujung Ramadan juga merupakan ungkapan dari rasa rindu yang mendalam.

Setelah berhari-hari menjalani ibadah dengan penuh dedikasi, kita merasa sedih karena harus berpisah dengan bulan Ramadan yang penuh berkah. Kita merindukan momen-momen indah di masjid bersama saudara seiman, suara azan yang menggema di langit-langit masjid, dan kehangatan dalam beribadah bersama keluarga.

Air mata mengalir sebagai ekspresi dari kerinduan yang dalam akan kebersamaan dan spiritualitas yang dirasakan selama Ramadan.

Keempat, air mata di penghujung Ramadan juga mengandung harapan dan doa untuk keberkahan di masa yang akan datang. Meskipun bulan Ramadan akan segera berakhir, kita percaya bahwa setiap ibadah dan amal baik yang telah dilakukan selama bulan suci ini akan diterima oleh Allah Swt.

Kita berdoa agar keberkahan dan kebaikan yang telah kita rasakan selama Ramadan akan terus mengalir dalam kehidupan kita setelahnya. Dan kita berharap agar kita diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadan di tahun-tahun mendatang.

Dengan demikian, air mata di penghujung Ramadan adalah campuran dari berbagai emosi dan perasaan yang kompleks. Mereka adalah ungkapan dari penyesalan, syukur, rindu, dan harapan yang mendalam dalam hati setiap muslim.

Di balik air mata yang mengalir, terdapat pelajaran berharga dan kekuatan spiritual. Kesadaran ini yang akan membimbing kita dalam menjalani kehidupan dengan penuh keberkahan dengan meresapi kehadiran Allah dalam setiap langkah kita.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur