Ilustrasi Ramadan/Freepik
Ilustrasi Ramadan/Freepik
KOMENTAR

AKHIR Ramadan bagaikan babak final dari rangkaian amal ibadah di bulan suci. Tentunya kaum muslimin ingin meraih kemenangan sejati sebagai penutup terindah Ramadan. Dan amat disayangkan apabila kita bagaikan mobil kehabisan bensin di detik-detik menjelang garis finish.

Bagi Nabi, menjelang babak final ini bukan hanya menyiagakan diri tetapi juga membangunkan anggota keluarga untuk menghidupkan malam-malam akhir dengan meningkatkan ibadah.

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin pada kitab Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi (Jilid III) (2022: 683) menerangkan, Nabi jika telah masuk pada hari ke sepuluh terakhir Ramadan, maka beliau menghidupkan malamnya dengan zikir, tadarus Al-Qur’an, salat, ibadah, mengencangkan kain sarungnya, dan membangunkan keluarganya. Beliau membangunkan mereka untuk menunaikan salat.

Arti mengencangkan kain sarung adalah bersiap diri sepenuhnya untuk bekerja, karena ketika seseorang siap siaga untuk bekerja makai a menguatkan diri untuk itu. Kesiapsiagaan Beliau adalah dengan menjauhi kaum wanita dan mengencangkan ibadah.

Dari sini, ada tiga hal yang diutamakan Rasulullah tatkala Ramadan telah mencapai hari-hari terakhirnya, yakni pertama menghidupkan malam-malam Ramadan dengan berjaga dan meningkatkan ibadah, di mana Nabi Muhammad maksimal dalam mengejar limpahan berkah di bulan suci.

Kedua, mengajak keluarganya untuk ikut memperbanyak ibadah. Seruan ini menunjukkan agar umat Islam tidak egois dalam ibadah dengan mengajak serta sanak keluarga untuk meraih kemenangan Ramadan.

Ketiga, Nabi mengencangkan kain sarung, bersungguh-sungguh menegakkan ibadah, menjauhi hubungan suami istri demi memaksimalkan malam-malam akhir Ramadan. Begitu utamanya malam tersebut, sampai-sampai Nabi menjauhi istri-istrinya dari hubungan intim pada akhir Ramadan untuk lebih fokus beribadah.

Hendaknya ketiga hal itu bisa menjadi perhatian umat Islam, agar Ramadan tidak berlalu begitu saja, karena sejatinya setiap mukmin menginginkan kemenangan.

Disebutkan dalam hadis: “Rasulullah Saw sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan melebihi kesungguhan beliau pada waktu yang lainnya.” (HR Muslim)

Betapa banyak kaum muslimin yang waktu, tenaga, dan pikiran mereka terkuras untuk urusan persiapan hari raya dan melepaskan peluang emas di bulan suci. Dengan ini, diharapkan rumah-rumah kaum muslimin menyala di akhir Ramadan, di mana penghuninya saling membangunkan dan sama-sama bergiat dalam ibadah yang tak terhingga nilainya.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur