Al-Qur'an, pelita hidup umat Islam/Freepik
Al-Qur'an, pelita hidup umat Islam/Freepik
KOMENTAR

UMAT Islam yang menyadari betapa besarnya pahala yang dijanjikan Allah di bulan suci, tentunya tak ingin 30 hari berlalu begitu saja—hanya diisi lapar dahaga. Salah satu ibadah yang diupayakan sekuat tenaga saat bulan Ramadan adalah khatam Al-Qur’an.

Mengapa seorang hamba harus mampu khatam Al-Qur’an?

KH Bachtiar Nasir dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa khatam Qur’an akan menyebabkan Rahmat tercurah dari langit kepada mereka yang mampu melakukannya.

Rahmat tersebut mengandung keberkahan yang menghampiri umat muslim dalam berbagai wujud. Bisa jadi mereka diberikan rezeki yang berlimpah. Ada pula yang diberkahi dengan kehidupan yang aman dan nyaman. Ada yang dikaruniai anak-anak saleh. Ada pula yang meskipun hidupnya tidak berlimpah, namun hatinya selalu merasa tenang.

Semakin banyak muslim yang mampu khatam Qur’an, terutama dalam satu lingkungan, insya Allah akan semakin bertabur barakah penduduk di daerah tersebut.

Namun demikian, alangkah lebih bermakna bila khatam Qur’an bukan sekadar dijadikan ‘perlombaan’ untuk mencari siapa yang paling banyak menyelesaikan membaca mushaf. Jangan sampai khatam Qur’an dijadikan satu-satunya patokan bahwa seseorang bertakwa dan terbebas dari api neraka. Bukan pula jaminan bahwa siapa yang sering khatam Qur’an maka tidak akan ada satu ujian pun menghampirinya.

Maka lebih afdhal jika seorang muslim tak hanya mampu membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar tapi juga memaknai kandungan ayat yang ia baca. Ia memahami apa yang difirmankan Allah Swt. dalam ayat demi ayat yang ia baca.

Dan ketika ia telah mengetahui arti dari ribuan ayat Al-Qur’an tersebut, hendaknya ia mampu bertadabbur. Tadabbur Qur’an berarti merenungi, menghayati, dan menjadikan ayat-ayat Allah sebagai pelajaran.

Tadabbur Qur’an sejatinya membuka cakrawala pemikiran kita tentang alam semesta, hakikat penciptaan manusia, hubungan antara makhluk dan Khaliq-nya, juga korelasi antarmanusia serta simbiosis manusia dengan alam.

Ketika kita mampu mengimplementasikan hasil tadabbur ke dalam akhlak yang mulia, saat itulah khatam Qur’an kita telah menjelma menjadi berkah terbesar dalam hidup.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur