Ilustrasi tali keimanan/Bimbingan Islam
Ilustrasi tali keimanan/Bimbingan Islam
KOMENTAR

APABILA keimanan diibaratkan dengan seutas tali, maka wajarlah kita mengharapkan tali iman yang paling kokoh. Komitmen agar tidak terputus dari iman hendaknya mendorong manusia untuk menemukan amalan yang dapat membuat tali iman itu senantiasa kuat.

Nabi Muhammad pun menginginkan tali iman yang senantiasa kokoh bagi umatnya. Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Damsyiqi dalam bukunya Asbabul Wurud Jilid 2 (2011: 208) menulis, Barra’ menceritakan tentang pernyataan Rasulullah Saw kepada para sahabat,

“Tahukah kalian tali iman manakah yang paling kokoh?”

Kami menjawab, “Puasa.”

Beliau berkata, “Puasa itu suatu kebaikan.”

Lalu kami sebut lagi jihad, namun beliau masih tetap menerangkan seperti itu. Akhirnya, beliau terangkan sendiri tali iman yang kokoh.

Rasulullah bersabda: “Tali iman yang paling kokoh adalah perjanjian yang diadakan karena Allah, permusuhan yang dilakukan karena Allah, kasih sayang karena Allah, dan kemarahan karena Allah Azza wa Jalla.” (HR Thabrani)

Rangkaian ibadah yang kita laksanakan, seperti salat, puasa dan jihad, jelas merupakan amalan kebaikan yang berhubungan dengan kekuatan iman. Namun, Rasulullah menyampaikan hal-hal lain yang bernuansa spiritual yang tanpa diduga merupakan pengokoh keimanan.

Berikut ini uraiannya:

Pertama, perjanjian yang dibuat karena Allah adalah ikatan suci antara manusia dan Sang Pencipta. Di sini individu berjanji untuk mengabdikan diri mereka kepada-Nya, mengikuti ajaran-Nya, dan hidup sesuai dengan nilai-nilai Nya.

Ini adalah hal yang mengikat hati, membawa keberkahan, dan memberikan arah bagi kehidupan seseorang. Kekokohan tali iman terletak pada kesetiaan dan ketaatan terhadap perjanjian apapun yang seluruhnya bergantung pada Allah semata.

Kedua, permusuhan yang terjadi karena Allah. Seandainya manusia sedang berada dalam episode permusuhan, maka pastikan itu semata-mata terjadi karena Allah. Maksudnya, kita memang berada di pihak yang membela kebenaran Ilahi dan tidak membiarkan siapapun merendahkan atau mengganggunya.

Permusuhan yang dilakukan karena Allah adalah refleksi dari komitmen seseorang terhadap nilai-nilai Ilahi. Ini adalah keberanian untuk menentang ketidakadilan, kejahatan, dan ketidakbenaran.

Dalam menghadapi permusuhan semacam itu, tali iman menjadi semakin kokoh. Karena kita tidak hanya menghadapi tantangan fisik atau emosional, tetapi juga menghadapi ujian terhadap keyakinan. Ketabahan dalam menghadapi permusuhan ini membantu memperkuat ikatan iman dengan Allah.

Ketiga, kasih sayang yang terwujud karena Allah adalah manifestasi cinta yang murni dan tulus, yang dipersembahkan kepada sesama manusia sebagai bentuk pengabdian kepada-Nya. Ketika seseorang memperlihatkan kasih sayang yang tulus karena Allah, mereka menghormati ciptaan-Nya dan mengabdi kepada-Nya melalui pelayanan kepada sesama.

Kasih sayang semacam itu tidak akan membuat seorang hamba terlena hingga abai dari Tuhannya. Justru inilah ekspresi cinta yang tidak terbatas kemuliaannya, yang menguatkan tali iman.

Keempat, kemarahan yang dipicu karena Allah merupakan reaksi terhadap ketidakadilan, kejahatan, dan pelanggaran terhadap nilai-nilai kebenaran-Nya. Ini adalah dorongan moral untuk bertindak dan memperjuangkan kebenaran, bahkan jika itu membutuhkan pengorbanan.

Ketika kemarahan dipicu karena Allah, itu menjadi kekuatan yang mendorong kita untuk berdiri teguh dalam kebenaran dan menegakkan keadilan. Ini akan menjadi kemarahan yang terkendali, karena landasannya karena Allah semata.

Pada hakikatnya, iman itu berhubungan erat dengan Allah semata. Sehingga dalam kondisi beragam emosi yang rentan sekalipun, tali iman justru semakin kokoh. Semisal dalam kemarahan atau permusuhan pun tidak akan lepas kendali disebabkan kuatnya tali iman. Termasuk dalam urusan cinta dan kasih sayang, tidak akan terhanyut karena pegangannya adalah tali iman.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur