Walau tidak memutuskan hubungan diplomatik seperti yang dilakukan Bolivia, Kolombia dan Cile menarik seluruh diplomatnya dari Tel Aviv sebagai bentuk protes terhadap serangan Israel ke Palestina/CNN
Walau tidak memutuskan hubungan diplomatik seperti yang dilakukan Bolivia, Kolombia dan Cile menarik seluruh diplomatnya dari Tel Aviv sebagai bentuk protes terhadap serangan Israel ke Palestina/CNN
KOMENTAR

BENTUK nyata tidak setuju dengan serangan agresif Israel ke Palestina, yang menewaskan lebih dari 100 ibu dan anak, ditunjukkan oleh Bolivia. Secara gamblang, pemerintahan sayap kiri Presiden Luis Arce menyatakan telah memutus hubungan diplomatik dengan Israel sebagai teguran atas berbagai serangan ke Jalur Gaza.

Bolivia menjadi negara pertama di Amerika Latin, bahkan dunia, yang menegaskan dukungannya atas ketidakmanusiawian agresi zionis Israel. Begitu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia Freddy Mamani, dalam jumpa persnya, beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari CNN.

Padahal, Bolivia baru saja mengumumkan pemulihan hubungan dengan Israel pada 2019 lalu. Kala itu, Bolivia juga memutus hubungan karena serangan Tel Aviv sebelumnya di Jalur Gaza.

Ya, ini bukan lagi berbicara tentang muslim dan non muslim, namun sudah merupakan sebuah aksi kemanusiaan. Sangatlah menyedihkan di saat zaman sudah modern seperti ini masih ada manusia yang tersakiti, bahkan hilang nyawa begitu saja akibat aksi ‘brutal’ tersebut.

Itulah mengapa Cile dan Kolombia melakukan aksi yang sama, menentang serangan ‘tak pantas’ yang dilakukan Israel. Namun belum pada pemutusan hubungan diplomatik, baik Kolombia maupun Cile menarik para diplomat mereka dari Tel Aviv.

Ya, tiga negara di Amerika Selatan ini mengecam keras serang Israel ke Palestina dan mengutuk kematian warganya. Apalagi, Selasa (31/10) petang waktu setempat, Israel kembali menjatuhkan enam bom berkekuatan penuh ke kompleks apartemen pengungsi.

Seluruh kompleks pengungsi yang terdiri dari 15 gedung apartemen itu hancur hanya dalam hitungan detik. Dari serangan itu, dilaporkan sekitar 400 orang tewas dan terluka, sementara ribuan lainnya terperangkan di bawah reruntuhan. Sungguh memilukan.

Presiden Kolombia Gustavo Petro langsung menanggapi serangan tersebut sebagai “pembantaian rakyat Palestina”. Tanggapan tersebut kemudian diuploadnya di jaringan media sosial X.

Namun menurut juru bicara kepresidenan Kolombia, dirinya sedang mencari informasi lebih lanjut mengenai keputusan Petro yang menarik para diplomatnya dari Tel Aviv.

Tidak hanya Bolivia, Kolombia dan Cile, negara Amerika Latin lainnya seperti Meksiko dan Brasil ikut menyuarakan agar Israel segera melakukan gencatan senjata.

Tetapi, sepertinya seruan ini hanya menjadi angin lalu bagi Israel. Sebab, kementerian Israel tidak langsung menanggapinya dan tetap pada keputusan sang presiden, Isaac Herzog, untuk menolak melakukan gencatan senjata.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News