Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi saat membuka gala premier film Soenting Melajoe di bioskop Padang/Net
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi saat membuka gala premier film Soenting Melajoe di bioskop Padang/Net
KOMENTAR

KISAH perjalanan seorang jurnalis, terutama wartawati, menjadi hal menarik yang perlu disimak. Bagaimana perannya sebagai seorang ibu sekaligus penyampai informasi yang akurat dan bertanggung jawab, bisa dikerjakan dalam satu waktu. Begitu pula perjuangannya untuk mendapatkan berita, yang tentunya tidak mudah dijalani.

Adalah Roehana Kudus, seorang jurnalis perempuan pertama yang dimiliki Indonesia. Kisah perjalanan karirnya begitu mengesankan. Ia adalah pahlawan nasional perempuan yang mengangkat derajat kaumnya di Kota Gadang, Agam, Sumatera Barat.

Begitu gigihnya Roehana Kudus membela hak perempuan hingga akhirnya ia mendirikan sebuah surat kabar bernama Soenting Melajoe (Sunting Melayu). Dan kisahnya ini lalu dibuatkan dalam sebuah film oleh sutradara Maqri Nelvi Lubis, dalam judul yang sama dengan surat kabarnya.

Soenting Melajoe kemudian diputar pertama kali dalam gala premiere di CGV Padang, Sabtu (2/9) oleh Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI).

“Film ini hadir untuk memberikan edukasi kepada generasi muda agar lebih mengenal pahlawan dari Koto Gadang. Dia adalah wartawait pertama di Indonesia. Kami mengangkat kisah perempuan asal Koto Gadang untuk perempuan, women support women,” ucap Maqri.

Soenting Melajoe adalah surat kabar perempuan di Hindia Belanda yang pernah terbit di Padang. Isinya terdiri dari tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan-tulisan mengenai perempuan, dan riwayat tokoh-tokoh ternama. Surat kabar ini terbit atas inisiatif Roehana Kudus. Walaupun penerbitannya dibantu oleh Datuk Sutan Maharaja, redaksi majalah sepenuhnya dipegang oleh perempuan.

Soenting Melajoe terbit perdana pada 10 Juli 1912 dan berhenti terbit pada 28 Januari 1921. Dalam empat halaman setiap edisinya, Soenting Melajoe merekam diskusi dan perdebatan perempuan Hindia Belanda tentang pendidikan, kesehatan, agama, dan budaya.

Roehana Kudus dan Zoebeidah Ratna Djoewita adalah redaktur awal Soenting Melajoe. Berdirinya majalan ini bermula dari Hasrat Roehana untuk membuat surat kabar yang khusus menampung aspirasi perempuan. Roehana yang berasal dari Koto Gadang menyampaikan keinginannya kepada Datuk Sutan Maharaja, pendiri surat kabar Oetoesan Melajoe, di Padang.

Datuk Sutan Maharaja pun menyanggupi untu membantu percetakan majalan. Namun mengingat Roehana tidak bisa pindah ke Padang karena mengajar di Kerajinan Amai Setia, dirinya mengusulkan agar cukup mengirimkan tulisan-tulisan dari Koto Gadang. Sutan pun setuju dan menunjuk Ratna Djoewita, anaknya, untuk mengurusi redaksi surat kabar di Padang.

Dalam perjalanannya, Soenting Melajoe mengangkat kontributor mereka sebagai redaktur, di antaranya Sitti Noermah binti SM Kajo (Padang, 1917), Amna binti Abdul Karim (Bengkulu, 1917), dan Siti Djatiah Pasar Djohar (Kayu Tanam, 1919).




Penyair Joko Pinurbo, Celana, dan Jejak Mendalam di Dunia Sastra Indonesia

Sebelumnya

5 Fakta Film Badarawuhi yang Disebut-sebut Lebih Horor dari KKN di Desa Penari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Entertainment