Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

MENJADI orang jelek bukanlah keinginan manusia normal. Dari itulah berbagai upaya memoles diri giat dilakukan. Beragam produk kosmetika hadir sebagai bagian dari upaya mempercantik atau membaguskan penampilan. Sedangkan pencitraan atau branding menjadi sedikit bentuk memoles diri agar tampak indah dalam pandangan orang.

Cantik atau jeleknya seseorang sangat sering dikaitkan dengan wajah. Dari itu pula make up sangat menyoroti bagian tersebut, yang membutuhkan polesan dengan sentuhan spesial. 

Sedangkan Islam juga membahas wajah sebagai bagian terpenting dari bagus atau jeleknya seseorang. Dan pastinya, agama memiliki perspektif yang bukan saja berbeda tetapi menggambarkan suatu hakikat dari kriteria seseorang yang kurang menarik. 

Pada kitab Shahih Bukhari diterangkan, telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafshin, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, telah menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata, Nabi Saw bersabda: 

Kamu akan mendapati orang yang paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat kelak adalah orang yang bermuka dua, yang datang dengan satu muka dan datang kepada orang lain dengan muka yang lain.”

Jelas sudah siapa yang sebenarnya dimaksud dengan orang jelek, yang tidak ada hubungannya dengan kelebihan atau kekurangan fisik, sebab yang pada hakikatnya adalah kembali kepada karakter seseorang. 

Kita boleh melakukan berbagai upaya halal demi memoles kecantikan wajah, sangat boleh malah! Akan tetapi jangan lupa bahwa yang terpenting itu menjaga diri jangan sampai terhina menjadi orang jelek versi agama.

Kuncinya, janganlah bermuka dua!

Nabi Muhammad Saw sudah menerangkan orang bermuka dua dalam hadisnya, bahwa dia datang kepada seseorang dengan satu muka dan datang kepada orang lain dengan muka yang berbeda. 

Pemahaman terkait hadis ini dengan sangat indah diterangkan oleh Hamka dalam bukunya Akhlaqul Karimah (2020: 77). Yang dimaksud dengan bermuka dua ialah orang yang suka mengadu domba antara orang yang berselisih. Misalnya, dia datang pada salah satu pihak menyalahkan atau memburuk-burukkan lawannya seraya menyatakan berpihak pada yang pertama. Sesudah itu, dia pergi pula kepada pihak kedua menyatakan persetujuan dan memburuk-burukan pihak pertama. 

Pada keduanya dia berjanji akan membela dan mempertahankannya di hadapan musuhnya, sehingga kedua pihak yang bermusuhan itu menyangka bahwa dia temannya. Terbuka padanya segala rahasia, maka segala rahasia yang terbuka itu disampaikan pada musuhnya sehingga api bertambah menyala.

Perlu sekali berhati-hati dengan orang jelek, dalam arti, jangan sampai kejelekan dirinya menghancurkan diri kita. Orang jelek ini dengan bermodalkan muka duanya bisa mendatangkan berbagai macam kebinasaan. 

Untuk menghindari dampak negatif dari orang jelek, kita perlu mewaspadai sepak terjangnya, seperti:

Pertama, orang bermuka dua itu datang dengan kepalsuan

Orang jelek tidak akan pernah jujur, bahkan dengan dirinya sendiri pun tidak akan jujur. Dia bisa lebih lihai berakting daripada aktor, sehingga mampu mengeruk keuntungan dari pihak lain yang dibohongi.

Kedua, orang bermuka dua berkarakter munafik

Sungguh karakter munafik itu sangatlah dibenci oleh agama, karena tidak akan ada kebaikan pada orang macam itu. Jangan pernah mengharapkan kesetiaan dari orang-orang bermuka dua. Orang yang jelek secara karakter ini dapat saja menggunting dalam lipatan atau menikam dari belakang. Segala macam dusta yang diusungnya merupakan ranjau-ranjau yang dapat membinasakan siapa saja.

Akhirnya, jangan pernah terpedaya oleh penampilan lahiriah seseorang. Boleh jadi seseorang yang demikian jelita, tetapi memiliki karakter dan kepribadian yang sangat buruk atau justru dirinyalah orang jelek. 

Namun, jangan pernah memandang sebelah mata orang-orang yang secara fisik tidak memenuhi standar kecantikan versi manusia modern, tetapi sangat mungkin dirinya merupakan orang tercantik di hadapan pandangan Rasulullah.




Ana Khairun Minhu

Sebelumnya

Hubbu Syahwat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur