Petugas mencoba mengubur hewan ternak yang diduga mati akibat virus antraks/Net
Petugas mencoba mengubur hewan ternak yang diduga mati akibat virus antraks/Net
KOMENTAR

TERUNGKAP penyebab munculnya wabah antraks di Gunungkidul, Yogyakarta yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia dan puluhan lainnya harus menjalani perawatan di rumah sakit. Yaitu, sapi mati yang telah dikubur kembali dibongkar warga untuk disembelih dan dagingnya dikonsumsi.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawa Wulandari mengatakan, ada beberapa sapi mati yang disembelih dan dikonsumsi. Bahkan beberapa warga menggali sapi yang telah dikubur untuk kemudian dijadikan bahan makanan.

“Sapi sakit mati, kemudian suruh kubur melalui SOP. Sudah kita kuburkan, tapis ama masyarakat ada yang satu (sapi) digali lagi, dikonsumsi,” kata Wibawa.

Di tempat lain, Kabid Kesehatan Hewan (DPKH( Gunungkidul Retno Widyastuti menjelaskan, total ada enam sapi dan enam kambing yang positif antraks dan mati di dusun itu. Karena oleh warga bangkai sapi telah diolah menjadi masakan, maka yang diperiksa ke laboratorium adalah tanahnya.

Selanjutnya, lokasi penyembelihan telah disiram formalin sebanyak tiga kali sejak 3 Juni 2023. Hewan ternak yang belum terpapar kemudian disuntik antibiotik. Hewan ternak juga tidak boleh keluar dari dusun.

Diketahui, kematian ternak sudah terjadi sejak November 2022. Sejak saat itu, tidak ada hewan dari dusun tersebut yang disembelih atau keluar dusun saat Idul Adha kemarin.

Kasus ini bukan pertama kali terjadi di Gunungkidul, Yogyakarta. Wilayah itu memang sudah dinyatakan endemis antraks sejak kasusnya mencuat sepanjang 2019-2022.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, saat ini pihaknya melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan setempat untuk menangani kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul. Juga, koordinasi dengan Lembaga lintas sektor seperti Kementerian Pertanian.

“Kami melakukan penguatan surveillance. Yang positif kita lacak kontaknya, kemudian yang diobati dikirim ke rumah sakit. Kemudian, koordinasi dengan Kementan untuk yang hewannya,” ujar Maxi.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News