Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

MITSAQAN ghalizan acap luput dari perhatian, meski senantiasa tercantum di setiap kartu undangan pernikahan. Barangkali kita lebih terpaku pada nama calon pengantin atau memikirkan lokasi pesta atau malah terlanjur pusing memikirkan isi amplop. 

Hubungan pernikahan dalam Al-Qur’an, disebut juga dengan istilah mitsaqan ghalizan, yang berarti ikatan yang kokoh. Setelah ijab kabul diikrarkan, seketika itu pula suami istri telah menyatu dalam ikatan yang lebih kuat daripada besi baja sekalipun. Ikatan tersebut mampu mempertautkan dua hati manusia berlainan jenis. 

Dalam Al-Qur'an, mitsaqan ghalizan tercantum pada tiga ayat, yaitu surah an-Nisa' ayat 21 dan 154, serta surah al-Ahzab ayat 7. Semua ayat memaknai mitsaqan ghalizan dalam ikatan yang kokoh.

Surat an-Nisa ayat 21: “Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu mitsaqan ghalizan (ikatan yang kokoh).”

Imam Ahmad Musthafa al-Maraghiy dalam kitab Tafsir Al-Maraghiy menjelaskan, dengan pernikahan masing-masing pihak merupakan belahan dari lainnya, sehingga seolah-olah satu pihak merupakan bagian dari kesempurnaan wujud bagi pihak lainnya.

Dalam istilah trennya adalah soulmate. Seorang gadis rela meninggalkan ayah bunda, saudara dan sanak famili, demi menyatu dengan pria asing. Namun, ia merasa sakinah bersamanya, sebagaimana lelaki itu pun merasa tenang dengannya. Sehingga hubungan kasih sayang suami istri itu menjadi ikatan yang paling kokoh, bisa saja lebih tangguh dari hubungan kekerabatan. 

Pada kitab tafsir itu pula dikutip pendapat Muhammad Abduh yang menjelaskan, mitsaqan ghalizan sesuai dengan pengertian al-ifda', yang menunjukkan bahwa masing-masing pihak mempunyai urusan dengan lainnya, yang sesuai dengan fitrah yang sehat.

Lantas mengapa banyak rumah tangga yang retak, pecah atau malah bercerai? Ke mana perginya mitsaqan ghalizan itu? Apakah ikatan tersebut kehilangan energi mengokohkan hubungan suami dan istri?

Allah Swt telah menurunkan rasa cinta bagi suami istri. Selanjutnya, kewajiban mereka untuk merawat. Jika tidak terus dipupuk, ikatan hati lambat laun bisa longgar, hingga terlepas. 

Sebagian orang berjuang mengukuhkan mitsaqan ghalizan dengan candle light dinner, memberi kejutan hadiah mewah, atau memuaskan pasangan dengan gemerlap harta benda. 

Namun cara-cara itu seringkali tidak disertai penghayatan tentang hakikat hubungan, hingga tak mengherankan bila hadiah-hadiah nan megah muaranya justru kehampaan. Kendati puluhan tahun hidup serumah, sekamar, bahkan seranjang, kenyataannya pasangan masih saja menjadi orang asing di hati masing-masing.

Singkatnya, bukannya mitsaqan ghalizan itu yang kehilangan kekuatannya, melainkan kita yang tidak apik merawatnya. Kita membiarkan ikatan yang demikian kokoh terlepas dari relasi suami istri. Makanya, jangan heran apabila terjadi perpisahan yang menyakitkan.

Lantas, bagaimana caranya merawat mitsaqan ghalizan itu?

Sesungguhnya, menjalani bahtera rumah tangga amatlah berat. Bukan hanya memikul beratnya rindu, tapi menanggung semua pahit getir kehidupan bersama.

Sejujurnya, setiap pasangan mengakui pernikahan itu tidak pernah mudah, sekalipun diawali dengan modal cinta yang menggelora. Cinta saja ternyata tidak cukup, toh banyak bahtera rumah tangga akhirnya karam di amukan ombak samudra kehidupan.

Mitsaqan ghalizan itu milik Allah Swt yang dianugerahkan-Nya pada setiap pernikahan yang menaati agama-Nya. Maka, mintalah kepada Allah supaya dikekalkan mitsaqan ghalizan sebagai kekuatan mempertahankan bahtera rumah tangga.

Dari itulah, penting sekali mengembalikan segala dinamika pernikahan kepada Allah, agar mitsaqan ghalizan itu dikekalkan dan terus diperkokoh.

Penting disadari, hakikat mitsaqan ghalizan adalah ikatan batin. Kita perlu tahu ikatan apa yang akan memikat hati pasangan agar tetap setia dengan niat suci pernikahan.

Kita perlu lebih sering menyelam di lubuk hati pasangan, agar tahu kualitas kekuatan ikatan itu. Kita perlu saling terbuka supaya sama-sama kompak mengokohkan anugerah mitsaqan ghalizan

Jika ada yang memandang pernikahan sebagai ikatan, maka ia bukanlah sesuatu yang mengekang, karena ikatan mitsaqan ghalizan itu sangatlah indah. Sebab, bersamanya kita bisa merasakan kedahsyatan cinta yang halal.




Menjadi Korban Cinta yang Salah

Sebelumnya

Ana Khairun Minhu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur